Translate

Makna Dibalik Kegagalan

Kata “Gagal” seringkali diartikan peyoratif/negatif, tak ayal balutan serta bungkusan yang menyelimuti kita ditopang dengan beragam cara. Apapun itu, yang penting kita jauh dengan kata “gagal”. Namun apa makna dibalik kegagalan...

Bukan Mengelola Waktu, Tetapi Mengelola Energi

Saat ini mengelola waktu menjadi tren tersendiri dari kita. Bahkan hidup di era digital seperti ini, mengelola waktu bukan saja menjadi prioritas utama tetapi lebih dari itu. Namun banyak dari kita yang hidupnya mati-matian untuk mengelola waktu tetapi...

Implikasi Putusan Praperadilan Kasus BG, Bukti Nyata Hukum Indonesia Tak Jelas

Pasca putusan praperadilan perkara penetapan kasus tersangka BG yang diajukan oleh KPK dalam kasus korupsi, opini pun berhembus seperti terpecah belah dua dalam dunia hukum. Di tambah lagi beragam opini.....

Adonis, Sastrawan Arab Paling Kritis

Adonis merupakan penyair Arab yang paling berpengaruh di abad ke-20. Karya sastra modernisnya sangat berpengaruh terhadap dampak budaya Arab.....

Lintasan Sejarah Komunisme di Dunia Islam

Persinggungan antara komunisme di barat maupun di wilayah timur, terkhusus di Dunia Islam terdapat titik persamaan konseptual yaitu menolak terhadap kolonialisme barat. Seperti yang kita ketahui, hampir rata-rata di dunia Islam paruh abad 18-19-an, telah terjadi pergeseran antar ideologi.

Saturday, 21 February 2015

Tuli Membuat Beethoven Menjadi Komponis Besar

Wikipedia: Lukisan Beethoven oleh Joseph Karl Stieler, 1820
Beberapa orang menganggap bahwa keterbatasan sering kali menjadi pemicu utama dalam memajukan karir atau hobi seseorang. Bahkan ada yang menganggap faktor utamanya adalah A, ketika kita kehilangan A, maka tidak bisa digantikan oleh B, dan secara otomatis hal itu mustahil bisa dilakukan. Logika seperti ini telah menjalar kepada kita. Logika demikian bisa dipatahkan dengan kisah komposer sekaligus pianis yang telah mengalami ketulian sejak masih muda, ia adalah Beethoven sang maestro. Ia adalah salah satu komposer beropengaruh di dunia hingga kini. Selama karirnya, ada sekitar 9 simfoni, 17 string kuartet, 7 concerto, 32 sonata piano, 10 sonata untuk piano dan biola, dan 1 opera klasik. Sebuah prestasi yang luar biasa bagi Beethoven.

Beethoven lahir di Bonn (Ibukota Jerman Barat Dulu) pada tanggal 15/16 Desember 1770. Perjalanan bakat musik Beethoven sebetulnya telah tumbuh sejak kecil, di mana ia dilahirkan dari keluarga musikal, serta diperkuat hubungannya terhadap Istana Bonn (Rhoderick J. Mcnell: Sejarah Musik II, Jakarta, 1998. Hal. 55). Beethoven juga sangat tertarik pada gaya musik yang tumbuh di Prancis selama revolusi Prancis dan awal masa Napoleon yang sering kali memakai ritme mars, harmonik diatonik dan masik kala itu, pada pertengahan tahun 1801.
Setelah banyak belajar dari sang maestro kala itu, Beethoven kemudian memulai karirnya sebagai sang pianis di Wina. Bahkan sebagian orang mengatakan bahwa Beethoven telah menjembatani musik zaman klasik, khususnya gaya Haydn dan Mozart serta gaya romantik yang mendominasi musik selama tahun 1820-1860. Sebagai komponis muda, Beethoven menguasai konvensi-konvensi gaya musik klasik yang telah berkembang di Wina dalam musik berbentuk sonata, kemudian ia berani melakukan percobaan dalam bentuk dasar dan memperluasnya. Dalam musik pianonya, pengaruh-pengaruh utama terhadap Beethoven slain music Haydn dan Mozart pengaruh gaya sonata dari Muzio Clementi dan Jan Ladislav—membuat Beethoven lebih dakam mengelaborasi gaya piano idiomatis.

Dalam perjalannya, disadari atau tidak bagi Beethoven, sejak 1796 Beethoven merasakan perbedaan terhadap pendengarannya, tetapi kala itu ia tidak menganggap penyakitnya akan serius. Namun setelah dirasa-rasa olehnya, berkurangnya pendengaran tampaknya berpengaruh pada otoslerosis dan saraf pendengaran Beethoven. Akibat masalah kesehatan ini, Beethoven mengalami depresi berat. Di tambah lagi profesi yang digelutinya yaitu pendengaran.

Perjuangan Beethoven melawan ketakutannya semakin menjadi-jadi, peris Beethoven seolah tidak lagi mempunyai banyak harapan. Hal itu bisa dilihat dari curhatan surat yang dituangkan olehnya saudarahnya bahkan teman dekatnya. Pada tahun 1901, ia menyurati seorang temannya:

“Saya hidup dengan sangat sedih. Selama hampir dua tahun saya tidak menghadiri pesta-pesta, khususnya karena saya tidak dapat memberitahukan orang lain: ‘Aku tuli. Kalau saya punya profesi yang lain saya dapat dengan mudah menghadapinya, namun dalam profesi saya, hal ini adalah rintangan yang buruk. Dan, musuh-musuh saya sangat banyak, apa yang aka dikatakan mereka?”

Rasa sedih Beethoven meningkat lagi saat dia tidak mendapat mencari pendamping hidup. Bahkan dalam beberapa peristiwa ia terlihat seperti gila serta memiliki sifat yang sangat agresif. Lebih lanjut, ketakutan pun lebih mendalam, ketika ia berada di sebuah desa Heiligenstadt, ia menuliskan surat kepada kedua adiknya. Surat itu menjelaskan kesedihannya yang begitu dalam tentang penyakitnya. Dan tampatnya menurut beberapa ahli, bahwa Beethoven menganggap ajalnya sendiri terasa sudah mendekat. (Rhoderick J. Mcnell: Sejarah Musik II, Jakarta, 1998. Hal. 61).

Meski begitu, aktivitas musik Beethoven sering menggunakan otaknya dari pada pendengarannya, tak lain untuk menuangkan ide-ide segar musiknya. Melalui partitur musik ia dapat menotasikan ide-ide musik yang masuk ke dalam otaknya. Beberapa karya terkenalnya yaitu Simfoni ke-lima dan ke-sembilan serta lagu piano Fur Elise.

Pada bulan desember 1826 Beethoven jatuh sakit karena penyakit liver. Brselang lebih dari satu tahun, tepat tanggal 26 maret 1827 Beethoven meninggal. Sekitar 10.000 orang menghadiri upacara pemakaman, hal in juga menandakan sebuah prestasi besar dari Beethoven di Wina kala itu. (Rhoderick J. Mcnell: Sejarah Musik II, Jakarta, 1998. Hal. 65).

Walaupun musik yang diciptakan menjelang akhir hidupnya tidak selalu dimengerti oleh generasinya, namun Beethoven lah merupakan satu-satunya komponis awal abad ke-19 yang mempengaruhi hampir semua komponis sesudah masanya. Selama hidupnya, dan lama sesudahnya, prestasinya begitu besar hingga ia menjadi lambang gerakan romantik dalam segala jenis kesenian. Meski indra pendengaran merupakan modal dasar untuk meniti karir selanjutnya, namun ada cara lain untuk mensiasatinya. Tuhan memberikan kita akal untuk dipergunakan semaksimal mungkin, tak lain agar kita jauh lebih kreatif ketika musibah atau tantangan melanda kita.

***Salam Pecinta Kesederhanaan

Friday, 20 February 2015

Adonis, Sastrawan Arab Paling Kritis


Bagi sebagian orang, dunia sastra memang terlihat absurd. Apalagi ketika sastra sudah beralih terlalu dalam pembahasannya, hal demikian membuat orang materialis mulai enggan menanggapinya. Perkembangan sastra khususnya di timur, secara tidak langsung telah menggeser skopnya menjadi romantisme dan materalisme. Hal itu bisa dirasakan ketika novel bergenre fiksi dan roman sangat laku keras di pasaran toko buku Indonesia dari pada novel yang berjeniskan ideologis, agama dan sejenisnya. Memang, dunia materalis lebih memilih kemapanan budaya, sastra, bahasa, agama, sosial, ekonomi dan lainya. Namun bagi sastrawan Timur Arab seperti Adonis melihat sastra lebih dari itu. Bagi Adonis, sastra bukanlah kemapanan. Menurutnya,  perkembangan sastra seringkali berkolaborasi dengan kemapanan sosial, agama, kekuasaan dan uang. Bisa dikatakan kritik sastra Adonis sangat berkontribusi terhadap pemikiran Sastra Arab-Muslim saat ini. Namun siapa sebetulnya Adonis sang kritikus itu? Dari mana dia berasal? Apa pengaruhnya terhadap dunia sastra? Di bawah ini selayang pandang perjalanan Adonis sang kritkus sastra arab-muslim.

Adonis merupakan penyair Arab yang paling berpengaruh di abad ke-20. Karya sastra modernisnya sangat berpengaruh terhadap dampak budaya Arab. Terjemahannya dari bahasa Perancis ke dalam bahasa Arab dan sebaliknya, merupakan edisi kritis terhadap karya penyair lain. Konstibusi Adonis bagi sastra arab, dilakukannya sekitar setengah abad. Dalam perjalannya, kehadiran serta produktifitas karyanya dalam dunia sastra Internasional membuat Adonis pernah dua kali menjadi finalis hadiah Nobel. Saat kecil, ayahnya memerintahkan Adonis untuk menghapal pelajaran agama dan puisi klasik, dengan cepat Adonis hapal. Ketika berumur tiga belas tahun, Presiden terpesona akan puisi Adonis, dan dia dianugrahi oleh seorang Presiden baru Syiria dengan beasiswa untuk mendalami syair yang pernah dibacakannya. Sekitar tahun 1944, Sang Presiden mengirim Adonis ke sekolah Perancis di Kota Tartus. Adonis yang cerdas melompati tingkat-tingkat kelas. Ia menyelesaikan studi di bidang hukum dan filsafat di Universitas Damaskus, dan sempat belajar di Perancis. Tahun 1973, ia memperoleh PhD dalam Sastra Arab dari Universitas St Joseph di Beirut. Karyanya terkenalnya dimulai dalam bahasa Perancis, meskipun ia terus menulis dalam bahasa Arab. Puisi pertamanya muncul di media cetak (1947) berada di bawah Nom de Plume.

 Nama Adonis sendiri sebetulnya bukan nama asli, nama tersebut diberikan oleh Anton Sa’adah, nama aslinya adalah Ali Ahmad Sa’id Asbar. Nama Adonis terambil dari satu dewa legenda Babilonia kuno.  Dewa muda ini merupakan simbol dari keindahan da kebaikan. Ia lahir dari hubungan gelap antara raja Theyas atau Cinyras, raja Siprus dengan putrinya Myrrha. Akibat hubungan itu, Myrrha dikutuk menjadi pohon, dari pohon itulah Adonis lahir sebagai simbol kehidupan baru yang bebas dari dosa-kenistaan memiliki sifat keilahian timur, kebaikan dan kesuburan. Karya puisi tentang Kematian dan kelahiran kembali merupakan visi puitis mengenai transformasi dan pembaharuan (tajdid), bagi Adonis penyajian puisi dianjurkan serta diaktualisasikan dalam ayat bebas. Karya puisi baru '(al-shi'r al-jadid) serta sentimen penutupan revisi 1998 tentang koleksi 1.980 esai, seperti Fatiha li-Nihayat al-Qarn [Pengantar Akhir Abad].

Jika ditelusuri lebih lanjut, publikasi pertama Adonis yaitu berjudul Qalat al-Ard, karya ini muncul di akhir tahun sarjana di Universitas Damaskus, di mana ia belajar filsafat dan mengembangkan antusiasme untuk penulis Perancis. Bacaannya penyair arab Adonis seperti Ilyas Abu Shabaka, yang sangat dihargai Baudelaire, dan Sa'id 'Aql, yang dikagumi Mallarme. Dalam perjalannyam Adonis juga beberapa bulan pernah dipenjara karena kegiatan politik, khususnya untuk mendukung partai Ba'athist dari Antun Sa'ada. Dan hal itu mendorong dia untuk pergi ke Beirut pada tahun 1956 dengan calon istrinya, sastra kritikus Khalida Saleh. Adonis tidak akan kembali ke Suriah, tetapi pengaruh Sa'ada masih ada. Tidak hanya Adonis yang mengembangkan keyakinan politik dan sosial di perusahaan, bagitu juga dengan Sa'ada yang membuat Adonis sadar akan pentingnya mitos dan sejarah sastra. Pada tahun 1957, Adonis meneribitkan Qasa'id ula [Pertama Puisi] dan pada tahun yang sama  dengan penyair Lebanon, kritikus dan penerjemah Yusuf al-Khal, jurnal puisi [Shi’r], yaitu forum surat Arabic. Adonis memiliki sebuah perusahaan penerbitan dan telah mempublikasikan karya-karya penulis lain yang tak terhitung jumlahnya, termasuk Badr Shakir al-Sayyab, Fadwa Tuqan, Nazik al-Mala'ika, Michel Trad, dan banyak lagi.

Terlepas dari kualitas dan volume terbitan jurnal Shi'r itu, dan publikasi Awraq fi al-Rih, yang mengungkapkan upaya awal penyair untuk memadukan Arab dan tradisi sastra Perancis, publikasi itu sekitar tahun 1961, hal itu juga yang akan mendorong karir Adonis ke tahap lebih jauh. Dia menghabiskan waktunya dari 1960-1961 di Paris di mana ia bertemu dengan Aragon, Prevert, Michaux dan lain-lain—untuk memulai kajian komprehensif dengan banyak karya dari kritikus (termasuk Adonis sendiri) mempertimbangkan salah satu karya terbaiknya dan yang paling penting, yaitu Aghani Mihyar al-Dimashqi [The Songs of Mihyar Damaskus]. Dalam karya Aghani, Adonis mencari api baru dari kebakaran tua, berusaha untuk menghidupkan kembali bahasa serta warisan Arab-Islam.

Pada tahun 1961 Adonis juga menyampaikan makalah pada sebuah konferensi di Roma di mana ia mengajukan konsep masa lalu sastra, dan menegaskan bahwa  hal itu adalah tugas penting dari puisi yang menjadi nubuat dan visi untuk menerobos cakrawala yang telah tertutup lama, untuk itu munculkan kembali  ke dunia lebih luas. Ia juga mengkritisi karya The Nahda, yaitu sebuah karya kebangkitan Arab abad ke-19, dan menyebutnya sebuah “ornamen baru dalam warna tua”, konsep itu merupakan kelanjutan dari siklus tradisional di mana tidak ada pelanggaran yang dilakukan, tidak ada jendela untuk dibuka. Seperti Amin Rihani, dan Kahlil Gibran, yang ia kagumi. Tidak puas hanya mengamati ini saja sebagai kritikus, Adonis menghabiskan enam puluhan untuk meninjau kembali kanon dalam tiga volume yaitu berjudul Diwan al-shi'r nya al-'Arabi [Antologi Puisi Arab]. Pada awal tahun delapan puluhan, dengan kolaborasi istrinya, Adonis telah mengedit enam buku puisi dan prosa oleh penulis Nahda.

Pada 1970-an Adonis telah meneribitkan kecenderungannya. Tiga serangkai introspektif puisi pada Waqt bayna al-Ramad wa al-ward (Sebuah Waktu antara Ashes and Roses), buku ini membahas isu-isu kekalahan Arab yang mengakibatkan kerugian tahun 1967 Perang Arab-Israel; mempertanyakan oposisi Timur atau Barat dengan mengambil alih Whitman dan tradisi modernis Amerika; dan dengan mencoba untuk gaya bahasa puisi baru. Ide-ide ajaib dan puisi Mufrad bisighat al-jam '[Singular dalam Bentuk Plural], yang akan menemukan gema kemudian di Abjadiyya Tsaaniyah [A Alphabet Kedua], karya ini menjadikan Adonis dengan reputasi kemuskilannya. Tapi dia tidak hanya menulis puisi saja.  Tesis doktornya, al-Tsabit wa al-mutahawwil [Ketetapan dan Pergerakan], yang ditulis di St. Joseph University di Beirut di mana ia mengajar selama 15 tahun di sana.  Disamping itu, Adonis juga terlibat dalam analisis kontroversial dan komprehensif dari apa yang dianggapnya efek menyesakkan teologi Islam kontrol politik dan artistik. Ini bukan untuk mengatakan bahwa tulisan Adonis 'tidak diinformasikan oleh pengetahuan yang mendalam tentang Islam; memang ia memiliki cinta khusus untuk dimensi esoteris dan mistis. Hal ini tidak mengherankan, karena itu dalam karyanya: untuk menemukan 'Ali, Imam Syiah pertama, personafikasi berulang di karya puisi Adonis. Hadir juga penulis abad ke-10 dan Mistisme al-Niffari, yang berjudul yang Kitab al-Mawaqif wa al-mukhatabat, kitab ini adalah inspirasi dari Mawaqif, jurnal budaya dan sastra berpengaruh didirikan oleh Adonis pada 1968.

Pada 1980-an dan 1990-an, Adonis terus menerbitkan puisi, kritik, edisi, dan terjemahan. Dia meninggalkan Beirut untuk ke Prancis saat perang melanda, dia juga menjadi pelayan di UNESCO dan mengajar di Prancis dan Swiss. Puisi Shahwa Tataqaddam fi Khara'it al-Madda dan koleksi lainnya mengambil banyak pertanyaan lebih dalam. Pertanyaan yang Adonis telah kaji seperti dalam esai al-Shi'riyya al ' Arabiyya, volume prosa pertama Adonis diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Pada tahun 1988, Adonis mengedit dan menerbitkan kembali edisi definitif koleksi awal, karya religious dan mistisme seperti al-Sufiyya wa al-Suriyaliyya [Tasawuf dan Surealisme], di mana ia berusaha untuk menunjukkan bahwa tasawuf dan surealisme Eropa sumber yang sama. Studinya al-Nass al-Qur'ani wa Afaq al-Kitaba yang membahas tentang aturan panggung puitis pemberani. Pada tahun 1993 Adonis menghasilkan karya autobographi pertamanya. Pada tahun 2000 Institut Du Monde Arabe di Paris, memajang puisi Adonis dan karya seninya, menyelenggarakan pameran retrospektif karyanya. Tahun berikutnya Adonis menerima hadiah puisi dan beasiswa seluruh dunia. Dari karya kritis serta puisinya, baru muncul sekitar tahun 2001.


Rujukan Utama

Ed. Sarah Pendergast & Tom Pendergas, Reference Guide to World Literature,. Vol. I, (USA: Gale, 2003), 3rd Edition, hal. 8-9

Wednesday, 18 February 2015

Implikasi Putusan Praperadilan Kasus BG, Bukti Nyata Hukum Indonesia Tak Jelas


Pasca putusan praperadilan perkara penetapan kasus tersangka BG yang diajukan oleh KPK dalam kasus korupsi, opini pun berhembus seperti terpecah belah dua dalam dunia hukum. Di tambah lagi beragam opini yang memperpanjang daftar buruknya pemberantasan mafia korupsi di Indonesia. Sudah menjadi hal lumrah, kalau hukum Indonesia pasal seperti karetnya—coba lihat saja, pertarungan antara lex vacuum yang dimaknai “Hakim harus berpatokan kepada undang-undang” bisa juga berpatokan pada prinsip lex extensive atau hakim bisa juga memperluas pemaknaan apa dituangkan oleh perundang-undangan. Tak berbeda jauh dengan dua prinsip ini, komentar terhadap putusan Praperadilan kasus penetapan tersangka BG pun beragam, namun tetap, secara substansial tetap sama, tak lain yang satu berpegang kepada hukum tertulis dan yang satu lebih mengedepankan perluasan penafsiran hakim.

Bagi orang orang awam, yang tak mengerti hukum, hal ini dimaknai sebagai ‘ketidakjelasan arah hukum Indonesia”, itulah persepsi orang awam. Namun berbeda halnya dengan sebagian ahli hukum, persepsi atas nama hak asasi manusia mulai merangkak ke berbagai pasal atas nama tuduhan (tersangka/disangkakan). Pasal-pasal yang dirasa mulai mengancam terhadap nama baik, kepribadian dan sebagainya—menjadi fokus tersendiri. Memang, pasca reformasi hukum Indonesia sudah berganti wujud aslinya, yang dulu otoriter sekarang lebih mengedepankan hak-hak prinsipil. Belajar dari pengalaman putusan ini, pengujian terhadap pasal 1 ayat 14 KUHAP dalam kasus penetapan tersangka BG dalam kasus korupsi dirasa seolah memberikan paradigma berbeda. kenapa demikian? Menurut penulis, setelah menerka-nerka kasus ini, dualisme prinsip antara kemanusiaan dan keadilan menjadi ruang gerak para pelaku (mafia)— yang diduga atau disangka dengan 2 (dua) alat bukti yang cukup tidak bisa langsung diproses atau dipriksa dalam persidangan demi pembuktian.

Intinya, implikasi putusan praperadilan kasus BG mempengaruhi beberapa hal: pertama memperluas sekaligus mepersempit dimensi tersangka karena harus dibuktikan berdasarkan perundangan yang jelas. Kedua, kasus ini juga memberikan ruang revisi secara total terhdap penyelidikan, penyidikan, penangkapan, penutututan dalam hal ini UU. No. 8 Tahun 1981 KUHAP berserta peraturan lainnya. Ketiga, implikasi ini juga secara tidak langsung akan meniadakan rehabilitasi secara berjangka terhadap pencemaran nama baik.

Peringatan Keras

Ada yang harus diperhatikan secara keras dalam kasus ini, yaitu penafsiran hakim Sarpin Rizaldi dalam memaknai pasal 11 Undang-undang No. 30 Tahun 2002 Tentang KPK dalam surat sprindiks KPK—memberikan preseden baik sekaligus double buruk, kenapa? Preseden baiknya yaitu memberikan hak prinsipilnya untuk melakukan perlawanan terhadap status persangkaannya oleh Pejabat berwenang baik KPK atapun Kepolisian, agar dilain peristiwa status tersangka tidak dilakukan sewenang-wenang. Pada sisi lain, putusan ini juga memberikan preseden double buruk terhadap institusi penegak hukum kita, kenapa? Karena hingga saat ini, beberapa pengajuan praperadilan bagi tersangka hanya dilakukan oleh beberapa kalangan saja. Bagaimana dengan nasib orang yang buta terhadap hukum, spirit atas HAM di wilayah penetapan tersangka dalam kasus lain dengan melakukan perlawanan praperadilan, mungkin sangat minim atau bahkan tidak ada untuk mengajukan praperadilan atas nama penetapan tersangka terhadap dirinya. Mereka (tersangka) lebih memilih proses persidangan sampai putusan ikracht van gewijsde atau berkekuatan hukum tetap.

Menurut penulis, perluasan penafsiran hakim dalam kasus ini bukan saja hak orang yang memiliki power atau dalam domain korupsi saja, tetapi semua bentuk pelanggaran atau pemidanaan yang bersangkut paut terhadap hak asasi manusia, mereka harus diberikan rasa keadilan yang sama seperti dalam kasus praperdilan BG. Karena berdasarkan pengalaman penulis, ada beberapa kasus Indonesia yang sampai saat ini domainnya sangat kontras sekali hukum Indonesia sangatlah buruk. Pelajaran berharga bagi seluruh stake holder untuk memikirkan kembali hak-hak atas nama kemanusiaan yang lainnya dari peristiwa ini.

Penafsiran Lain

Penafsiran putusan ini juga berimplikasi terhadap beberapa pilihan penetapan tersangka, yaiyu pemberhentian secara total terhadap penetapannya atau sementara. Sebelumnya hakim berpendapat dalam putusannya, hal itu bukan kewenangan KPK, dengan alasan BG diisangka telah menerima hadiah atau janji ketika menjabat sebagai Kepala Biro Pembinaan Karier (Karobinkar) Deputi Sumber Daya Manusia Polri periode 2003-2006 dan jabatan lainnya di kepolisian. Dan hal itu bukan kategori kewenangan KPK sesuai  pasal 11 Undang-undang No. 30 Tahun 2002 Tentang KPK.

Dari berita yang dirangkum dari KOMPAS, dalam pasal itu disebutkan, KPK berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi yang melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara. Selain itu ialah kasus yang mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat serta kasus yang menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp 1 miliar. (Kompas.com Senin, 16 Februari 2015 | 15:37 WIB).

Namun yang menjadi pertanyaan besar adalah apakah putusan praperadilan ini betul-betul bukan kewenangan KPK, kalau seperti itu secara otomatis hal itu menjadi kewenangan kepolisian untuk menindaklanjuti hasil rekaan serta dugaan yang ditelaah oleh KPK sebelumnya. Karena putusan ini lebih mensiratkan cacat proseduran bukan substansial sangkaan. Yang menjadi pertanyaan skiptis saya adalah apakah mampu kepolisian membuka kasus ini lebih dalam, yang sebelumnya telah memberikan keterangan berbeda ketika dilakukan audit oleh KPK kepada BG.


***Salam Pecinta Kesederhanaan


Sunday, 15 February 2015

Jangan Pernah Lewatkan Kesempatan


Istilah “kesempatan” sering kali menjadi bahan diskusi hangat dari berbagai kalangan, bahkan beberapa media bisnis sering menempatkannya menjadi sebuah tagline ataupun headline dalam beritanya. Istilahnya pun beragam,  ada yang ditambah dengan istilah bisnis, kerja, wiraswasta, karir dan sebagainya—bahkan lebih dari itu. Segmentasi bacaan ini, sering juga dikonsumsi oleh kalangan muda ataupun di atasnya. Namun apa sebetulnya diskusi  tematis mengenai “kesempatan” menjadi sering dibicarakan oleh banyak kalangan. Ehmm… rasanya tak penting dibahas di sini, namun menurut penulis mungkin salah satunya adalah karena setiap manusia mempunyai kesempatan bahkan menciptakan kesempatan di setiap langkahnya, demi terwujudnya masa depan.

Kembali ke pembahasan, sering kali kita tak bisa berpikir mengenai kapan kita bisa memanfaatkan kesempatan dan kapan kita menciptakan kesempatan. Jauh sebelum menciptakan kesempatan, disadari atau tidak, dalam kondisi sesederhana pun, perjalanan hidup kita kerap mengalami atau sering kehilangan kesempatan, dalam istilah Paulus Winarto yaitu“opportunity lost”. Jika ditanya apa sebabnya, barang kali salah satu jawaban yang paling pas adalah karena kita sering kali tidak mengenali seperti apa rupa atau bentuk kesempatan itu. (Paulus Winarto, The Power of Hope; Menaklukan Ombak Kehidupa: 2008,1-2).

Lebih lanjut menurut Winarto, contoh paling sederhanaketika kita membaca kalimat theopportunityisnowhere. Kita bisa memenggalnya menjadi kalimat the opportunity is nowhere. Namun jika jeli, kita dapat membacanya dengan the opportunity is now here. Contoh ini membuktikan bahwa terkadang kita memang membiarkan sebuah kesempatan berharga lewat begitu saja.

Tentu kita harus banyak belajar agar bisa lebih peka ketika kesempatan itu datang. Sering kali ketika Tuhan sudah membuka pintu, kitalah yang justru enggan melangkah masuk untuk melanjutkan kesempatan. Sebabnya, lagi-lagi karena kita tidak mengenali bahwa momen tersebut adalah sebuah kesempatan berharga.  Saya juga harus jujur mengakui sampai saat ini kerap tidak menyadari ketika ada kesempatan berharga, saya tidak begitu peka. Untuk itulah alasan kenapa saya menulis ini, guna membuat kepekaan terhadap semua kesempatan yang datang kepada saya secara pribadi.

Terlepas dari hal itu, ada yang terpenting darinya, yaitu kadang kesempatan tidak datang dua kali, karena ibarat air mengalir disungai, air tersebut hanya bisa lewat, namun tidak bisa balik kembali untuk mengali dua kali, meskipun bisa kembali, butuh kekuatan eksternal, seperti usaha keras untuk mencipkannya. Untuk itu, jangan pernah lewatkan kesempatan apapun, baik kesempatan itu terlihat tidak jelas, saat ini bukan saatnya memperbincangkan substansi kesempatan, namun dari perjalanan kesempatan itulah akan tercipta kesempatan selanjutnya.


***Salam Pecinta Kesederhanaan

Wednesday, 11 February 2015

Tips Menumbuhkan Semangat


Sering kita menapaki kehidupan seolah diluar kendali diri. Kondisi demikian menyulutkan ketidakberdayaan kita akan kehidupan. Cercaan, hinaan serta rasa sesal yang mendalam membawa kita kepada kondisi keterpurukan yang akut. Problema hidup semakin hari semakin menjadi-jadi, seolah mengenai kehidupan tak lagi menjadi sebuah pilihan namun lebih sering dimaknai sebagai “hidup telah ditentukan oleh kondisi luar (eksternal), dengan kata lain takdir seolah tak berpihak kepada kita. Dan kita mulai berprasangka buruk akan keadilan Tuhan. Asumsi tentang Tuhan tidak adil pun menjadi alasan kita—yang hingga kini, kehidupan kita seperti yang tidak diharapkan.

Pernyataan  provokatif di atas merupakan rentetan apa yang diidealkan mulai tak terkendali. Salah besar ketika datang sebuah persoalan, kita mencari-cari sebuah alasan atau mengkambinghitamkan sesuatu. Apalagi menghakimi serta mencari alasan demi memuluskan ide kita yang tak terlaksana, hal demikian menurut filosof merupakan sesuatu yang tidak etis, atau yang biasa disebut dengan argument ad hominem. Memang pada saat posisi tak terkendali, seringkali kondisi non ideal datang secara tiba-tiba, namun yang perlu diperhatikan adalah seberapa jauh kita bisa menghadapi persoalan dengan semangat serta spirit membara, karena itulah yang menjadi tonggak besar sesuatu, yang awalnya dianggap kecil menjadi sangat berarti. Tak lain dan tak bukan spirit dan semangatlah kunci sesuatu itu berhasil atau tidak.

Jika mengkaji lebih dalam, spirit atau semangat merupakan sesuatu yang sangat mahal dan berharga dalam hidup. Berkat semangat yang besarlah para pejuang kita dapat menaklukan penjajahan Belanda yang sudah menanamkan kuku-kukunya selama 350 tahun. Berkat semangat itu pulalah Negara kesatuan ini ada dan bertahan hingga hari ini. Tidak ada yang tidak bisa dilakukan kalau kita memilki semangat hidup tinggi. Seseorang yang mengalami kegagalan dalam satu atau beberapa hal, bukan berarti ia tidak mampu, melainkan ia tidak pernah memelihara api semangat di dalam dirinya.

Lalu bagaimana caranya agar hidup kita penuh semangat? Menurut M. Alain Yanto dalam bukunya Ajaklah Hatimu Bicara, ada beberapa tips untuk menumbuhkan semangat dalam hidup, yaitu:

Pertama, kita harus berani bermimpi, bukan bermimpi dalam arti berangan-angan, bukan pula menggantungan harapan yang tidak ada nilai positifnya. Tapi, kita harus berani bermimpi untuk menjadi orang yang saleh dan kaya ilmu, misalnya. Lebih-lebih sebagai bangsa, kita harus berani bermimpi bahwa suatu saat nanti bangsa kita akan menjadi bangsa yang maju. Kita harus berani memimpikan Negara kita yang bisa bangkit, menjadi Negara hebat yang tidak hanya terkenal oleh keindahan alamnya melainkan terkenal oleh keindahan dan keluhuran budi pekerti masyarakatnya. Oleh karena itu, kita harus berani bermimpi agar kita terpacu bekerja keras, tekun belajar dan khusuk dalam beribadah, sehingga alam kita ini terkelola oleh tangan-tangan terampil, berpendidikan dan berakhlak mulia, yang kelak mampu memakmurkan rakyat dan Negara pula.

Kedua, kita harus menganggap setiap kesulitan adalah tantangan. Ketahuilah, kesulitan itu bukanlah masalah. Sebab, masalah itu adalah ketika salah dalam menyikapi kesulitan diri kita sendiri. Oleh karena itu, janganlah panik atas semua kesulitan yang sedang atau bakal terjadi. Jika saja saat ini lemah, miskin dan bodoh, itu semua seyogyanya mendorong diri kita untuk membuktikan bahwa kita bisa mengatasinya dengan baik.

Ketiga, kalau ada orang yang menghina atau meremehkan kita, sebaiknya kita anggap saja itu “vitamin” dalam rangka memperbaiki diri kita. Kita tidak perlu tersinggung atau marah ketika ada seseorang yang terus-menerus menghina kita. Anggap saja dia “supporter” yang akan membawa kita dilimpahkan rezeki yang banyak oleh Tuhan. Bukankah orang yang dizalimi itu makbul doanya di hadapan Tuhan. Percayalah, Tuhan tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Allah bahkan menyatakan kemudian dalam beberapa dengan detail, bahwa setiap ada kusulitan pasti ada kemudahan, (QS. Al-Insyirah: 5-6).  Oleh karena itu, jangalah panik menghadapi segawat apapun cobaan hidup. Semua ujian dan cobaan sudah diukur dan diatur oleh Allah dan Dia tidak mengkin menyia=nyiakan kebaikan hamba-Nya yang beriman. Dengan semangat menbara, dunia ada dalam genggaman kita dan di akhirat kelak kita akan beroleh kebahagiaan.[1]

Lebih lanjut menurut Alain Yanto bahwa Kunci keberhasilan dan kesuksesan hidup ada pada semangat yang tinggi. Siapa yang tidak memilikinya ia akan tertinggal oleh roda kehidupan. Tidak hanya itu. Seorang yang tidak memiliki semangat hidup akan membebani orang lain, apalagi kalau kondisi miskin dan tidak berpunya. Oleh karena itu, wahai saudaraku, milikilah semangat dan daya hidup yang tinggi, dan percayalah: masa depan ada ditangan kita sendiri. Jadi pertama-tama adalah gunakan semaksimal mungkin semangat tidak pernah padam, walaupun badai menghampiri, usahakan jangan berpaling dari keterpurukan secara terus-menerus, alihkan cobaan menjadi sebuah pembelajaran berharga untuk mengarungi getirnya sebuah kehidupan.

***Salam Pecinta Kesederhanaan



[1] Muhamad Alain Yanto, Ajaklah Hatimu Bicara, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2007), cet ke-1, hal. 59-61

Ancaman Herve Falciani dan KPK Dari Dunia Mafia

Belum sampai 1 tahun dunia dikejukan oleh seorang mantan anggota CIA yaitu Edward Snowden—yang membuka serta membocorkan rahasia Amerika Serikat terkait privasi warga negaranya. Kini sang juru selamat atas nama nurani dan kebebasan berkumandang lagi. Dia adalah seorang ahli di bidang IT perbankan internasional—dengan membuka kartu mafia perbankan yang mengancam bank raksasa seperti HSBC. Dia adalah Herve Falciani, seorang mantan pekerja di bidang IT perbankan. Seperti yang dikutip dari kantor berita Indonesia (ANTARA 10/02/2015), motif Herve Falciani tak lain yaitu atas nama kepentingan umum. Motif demikian sama halnya dengan perjuangan Snowden dahulu, atas nama kebebasan dan kepentingan privasi secara umum.

Ancaman demi ancaman pun datang kepada Herve Falciani, namun niatnya untuk membuka database demi kebenaran tak pernah padam baginya. Pertanyaan sederhana adalah apa yang menjadikan Falciani begitu ditakutkan oleh dunia perbankan Internasional. Tak lain, ketika Falciani membuka kartu sindikat skandal pajak Swissleaks. Kasus inilah yang menjadi pintu serta perhatian internasional saat ini. Dari beberapa kutipan yang didapat, bahwa Falciani telah mempublis secara online serta memperlihatkan sebuah dokumen rahasia dari unit bank swasta milik HSBC—dari isi dokumen tersebut ditemukan sejumlah dokumen rahasia, isinya bahwa HSBC telah membantu para nasabah kaya dalam menghindari kewajiban membayar pajak selama beberapa tahun. Bahkan dikatakan sekitar 200 lebih nasabah dari berbagai negara telah menghindari pajak melalui berbagai rekening, dengan total nilai sekitar 119 miliar dolar AS.

Angka yang cukup fantastis serta ketakutan para mafia banker saat ini menjadi alasan lain untuk mencari Falciani sebagai sang pembuka kartu. Sebagai seorang mantan pegawai IT dari HSBC, Falciani sering dikatakan sebagai “Snowden baru dari kasus pajak” oleh sebagian kalangan. Memang dari dulu hingga sekarang, dunia perbankan seolah menutup diri untuk membuka beberapa kasus besarnya. Tak hanya di dunia internasional, begitupun di Indonesia, dunia penyadapan serta pembukaan kartu truf terhadap kasus besar, seolah menjadi sangat sulit untuk dibuka ke publik. Indikasi tersebut bisa dilihat dari sistemikya kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) di Indonesia. Bahkan institusi seperti KPK, idealnya sebagai spy (mata-mata) dan pembuka kartu dari mafia BLBI kini tak bertaring, karena saat ini jeratan kasus KPK secara tidak langsung telah mengancam eksistensinya sebagai musuhnya koruptor kelas kakap Indonesia.

Kisruh Polri Vs KPK seolah akan meniadakan pengungkapan kasus besar yang di Indonesia, bukan hanya kewenangan penyeledikan, penyidikan serta penuntutan saja yang akan terganjal oleh KPK, namun di wilayah lain seperti kepolisian—upaya pengungkapan korupsi pun akan terganjal oleh kisruh ini. Perilaku Pemangku kepentingan serta stake holders lain pun terlihat seolah memperkeruh suasana kisruh Polri dan KPK. Bahasa yang digunakannya pun beragam, ada yang berkacamata atas nama hukum harus ditegakan, ada juga mengatasnamakan rakyat menjadi hal lain atas kisruh ini. Coba kita lihat, pertarungan  serta pergeseran opini tentang pengkeridilan pun berhembus halus kepada dua institusi ini. Namun, jangan lupa fakta dibalik sebuah pristiwa ini, siapa yang diuntungankan dan siapa yang dikorbankan.

Bagi para koruptor, mungkin dia tertawa ketika melihat kondisi ini, karena sangat mudahnya bangunan opini dan distraksi politik menjadi bergeser pada isu lain. Ada pemeran utama dibalik kisruh ini, pemerannya pun tak lain demi memuluskan langkahnya sebagai mafia—agar kasus besar Indonesia seperti penanganan kasus SKL BLBI ataupun Century dan lain-lain tak lagi terdengar ceritanya oleh publik. Atau dengan kata lain, agar tidak ada lagi pahlawan seperti Snowden sang pendekar atas kasus Spy-nya Amerika dan pahlawan Herve Falciani dalam pengungkapan skandal kasus pajak SwissLeaks. Kita bukan lagi sekedar penikmat berita, namun lebih dari itu, memaknai berita dibalik berita.


***Salam Pecinta Kesederhanaan

Friday, 6 February 2015

Belajar Memaksimalkan Kemampuan Dari Ratna Indraswari Ibrahim

Gambar Ilustrasi
Tuhan telah memberikan anugrah serta berbagai macam kemampuan kepada umatnya, baik sisi potensi akademik, psikomotorik ataupun kemampuan lainnya. Anugrah tersebut tak lain dipergunakan untuk melangsungkan kegiatan kita dalam rangka sebagai makhluk sosial. Namun tak jarang, anugrah Tuhan yang diberikan kepada kita seringkali kita menyalahgunakannya, demi memuaskan hawa nasfu hedoinis semata. Fakta demikian bisa kita lihat dari kita sendiri, waktu yang panjang pun tak pernah dimaksimalkan, belum lagi harta ataupun barang yang dimiliki. Semua itu seolah tak mengubah daya cipta kita untuk memaksimalkan hidupkan kita. Coba sedikit tengok ke kanan kiri kita, banyak sekali saudara-saudara kita yang membutuhkan semua itu, namun kita malah melalaikannya. Kita seharunya malu dengan semua yang kita miliki saat ini, karena sampai detik ini kita tak ubahnya sebuah robot yang bergerak seolah tanpa arah dan tujuan untuk memaksimal sejatinya kemampuan kita. Kita tak menghargai anugrah tuhan yang begitu besarnya kepada kita.

Coba kita telisik secarik kisah inspiratif dari Ratna Indraswari Ibrahim, Sejak kecil Ratna terserang penyakit rakitis atau radang tulang. Kondisi fisiknya yang lemah membuat Ratna sempat hampir putus asa. Untuknglah Ratna memiliki ibu yang senantiasa membesarkan hatinya sehingga lambat-laun ia bisa ikhlas menerima cobaan tesebut. Sejak itulah Ratna ingin menulis. Ia merekrut asisten untuk membantu menuangkan ide-idenya dakan bentuk tulisan. Ratusan karya indah pun bermunculan dari buah pemikirannya yang tajam.

Sebagai penulis, sudah lebih dari 400 karya yang dihasilkan Ratna. Meskipun kondisi fisiknya memaksanya untuk terus duduk di kurisi roda, tetapi tidak menghalanginya untuk terus berkarya. Karyanya tidak hanya di bidang penulisan, tetapi juga di bidang sosial. Di antaranya dengan mendeklarasikan dirinya dengan mengetuai Yayasan Bhakti Nurani di Malang. Yayasan tersebut merupakan sebuah organisasi yang membantu memperjuangkan hak orang-orang yang memiliki keterbatasan kemampuan fisik. Dedikasi Ratna di bidang karya tulis banyak membuahkan penghargaan, diantaranya mendapat predikat Wanita Berprestasi dari pemerintah RI Tahun 1994 serta penghargaan dalam kesetiaan berkarya dari sebuah harian nasional.[1]

Sebagai seorang sastrawan Indonesia yang produktif, penghargaan lainnya pun didapatkan olehnya. Seperti Tiga kali berturut-turut cerpennya masuk dalam antologi cerpen pilihan Kompas (1993-1996),  Cerpen pilihan harian Surabaya Post (1993), Juara tiga lomba penulisan cerpen dan cerbung majalah Femina (1996-1997) dan Karyanya juga terpilih masuk dalam Antologi Cerpen Perempuan ASEAN (1996). Dari karyanya yang besar, Ratna telah mengharumkan nama bangsa dan negara. Sebelum menyelesaikan karya lainya, Ratna meninggal dunia pada 28 Maret 2011 dalam usia 61 tahun.






[1] Eileen Rachman, 52 Kata-kata Motivasi yang memberikan semangat dan mencerahkan hati dari wanita Indonesia Berprestasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal. 10

Tuesday, 3 February 2015

Humor Menjadi Pintu Pemecah Masalah

Saat kita mengalami krisis yang berkepanjangan, otak kanan kita sering menjadi tertutup. Gelisah dan takut terhadap semua hal selalu hadir dalam otak kita. Kalkulasi serta pertimbangan himpitan masalah bertubi-tubi, menjadi otak terlihat kaku. Pekerjaan, status sosial, tanggung jawab, dan kegagalan menjadi terlihat jelas batas titik keterpurukan. Kita dipaksa menjadi orang yang rasional, yang picik terhadap pertimbangan otak kiri—yang serba pertimbangan serta ketakutan.  Senyuman dan tawa seolah hilang mendadak disaat kita dirundung banyak masalah. Dan akibatnya kita tidak lagi menghadapi masalah dengan cara sedikit terbuka pada otak kanan kita.

Betul dan tidak salah, jika kita sedang digandrung banyak masalah, kita seharusnya lebih arif menghadapinya. Namun bukan berarti seolah meniadakan senyuman dibalik penderitaan. Ada pepatah: menangislah disaat waktu yang tepat, dan tertawalah disaat waktu yang tepat? Ada yang perlu digarisbawahi dalam pepatah tersebut yaitu dalam menghadapi banyak masalah kita cenderung dipisahkan dalam suasana hati yang riang dan bergembira. Pepatah tersebut juga mengisyaratkan agar menghadapi masalah tergantung suasana hati, jika suasananya kurang mengenakan hati, maka menangislah, dan sebaliknya jika mengembirakan maka tertawalah.

Saat sedang memuncak bukan berarti kita tidak boleh tertawa dan tersenyum, kenapa demikian? Karena disaat suasana banyak masalah diperlukan sedikit ruang kegembiaraan agar suasana lebih sedikit mencair dalam menghadapinya. Disamping itu, agar menghadapi masalah secara terbuka dan tidak cenderung pesimistis. Kegembiraan bukan saja sekedar hiburan belaka, tetapi lebih dari itu, isyarat memunculkan sebuah pemecah masalah sedikit terbuka, apalagi jika dibalut dengan rasa humor yang positif, dia akan menjadikan kita lebih dewasa dalam menghadapinya.

Fakta demikian terekam dari bukunya The Art Happines at Work – Howard Culter yang menyatakan kurang lebih ketika kita membawa rasa humor ke dalam dunia kerja kita, itu merupakan sebuah keberkahan. Humor merupakan penyeimbang yang hebat. Karena humor, seorang CEO jadi kelihatan tdak terlalu menakutkan. Begitupun seorang guru, dosen ataupun direktur, jika menghadapi masalah besar, ketika rasa humor ditimbulkan, membuat hari-hari kelabu menjadi sangat cerah. Mengapa rasa humor diperlukan ketika menghadapi situasi sempit, karena rasa humor biasanya dibarengi dengan kegembiraan. Bukan zamannya lagi humor merupakan suatu yang reflek, tiba-tiba dan spontan, namun humor juga bisa diciptakan saat kondisi sempit oleh kita.

Humor yang dibarengi dengan kegembiaraan saat menghadapi masalah, membuka kesempatan adanya makna disetiap sudut pristiwa. Ia membantu kita keluar dari kecemasan-kecemasan, dan mengajak kita dan orang lain di sekitar untuk menemukan sesuatu yang bisa membuat kita gembira. Hal ini bukan berarti kita lari masalah, tetapi untuk menyeimbangkan antara refleksi masalah agar dihadapi dengan penuh optimistik dan bergairah—bahwa masalah merupakan sebuah pembelajaran bukan sebuah ukuran kelemahan/kekuatan.

Sejalan dengan itu, menurut Alex Pattakos, humor merupakan senjata lain dari  jiwa untuk mempertahankan diri dari tekanan (Alex Pattakos, Prisoners of Our Thought: Victor Frankl’10s Principles, 2004). Lebih lanjut menurutnya gambaran tersebut telah ada dalam pristiwa seorang pskolog-terapeutik ternama yaitu Victor Frankl. Jauh sebelum menjadi seorang psikolog terapeutik, dia hidup di zaman kekejaman Nazi, serta ditempatkan di kamp konsentrasi Nazi selama Perang Dunia II. Seharusnya Frankl hidup dalam tekan yang menggila, tetapi tidak baginya, Frankl berusaha memaksimalkan serta menciptakan suasana riang dan penuh humor saat krisis menghapirinya. Bahkan Frankl melatih seorang temannya di salah satu kamp untuk mengembangkan rasa humor. Dia juga mengusulkan kepada untuk sama-sama berjanji menciptakan setidaknya satu lelucon setiap harinya, dan lelucon itu harus terkait dengan sesuatu yang mungkin terjadi setelah hari pembebasan setelah di kamp. Dan hal itu terbukti, Frankl menjadi inspirator banyak orang hingga kini.

Kisah tersebut memberikan insiprasi kepada kita pada sebuah harapan di tengah puncak permasalahan, dan Frankl menciptakan suasana berbeda. Dan hal itu menjadi sebuah awal titik pemecah masalah bisa saja diselesaikan dengan beragam cara, salah satunya humor menjadi pembuka dalam menghadapi masalah. Keseimbangan menghadapi masalah sangatlah diperlukan, dia tidak saja hanya berlaku pada tataran analitis, tetapi juga perasaan. Maka dari itu diperlukan setetes ruang segar untuk melepaskan penat di tengah hempasan masalah.


*Salam Pecinta Kesederhanaan