Translate

Wednesday, 11 February 2015

Ancaman Herve Falciani dan KPK Dari Dunia Mafia

Belum sampai 1 tahun dunia dikejukan oleh seorang mantan anggota CIA yaitu Edward Snowden—yang membuka serta membocorkan rahasia Amerika Serikat terkait privasi warga negaranya. Kini sang juru selamat atas nama nurani dan kebebasan berkumandang lagi. Dia adalah seorang ahli di bidang IT perbankan internasional—dengan membuka kartu mafia perbankan yang mengancam bank raksasa seperti HSBC. Dia adalah Herve Falciani, seorang mantan pekerja di bidang IT perbankan. Seperti yang dikutip dari kantor berita Indonesia (ANTARA 10/02/2015), motif Herve Falciani tak lain yaitu atas nama kepentingan umum. Motif demikian sama halnya dengan perjuangan Snowden dahulu, atas nama kebebasan dan kepentingan privasi secara umum.

Ancaman demi ancaman pun datang kepada Herve Falciani, namun niatnya untuk membuka database demi kebenaran tak pernah padam baginya. Pertanyaan sederhana adalah apa yang menjadikan Falciani begitu ditakutkan oleh dunia perbankan Internasional. Tak lain, ketika Falciani membuka kartu sindikat skandal pajak Swissleaks. Kasus inilah yang menjadi pintu serta perhatian internasional saat ini. Dari beberapa kutipan yang didapat, bahwa Falciani telah mempublis secara online serta memperlihatkan sebuah dokumen rahasia dari unit bank swasta milik HSBC—dari isi dokumen tersebut ditemukan sejumlah dokumen rahasia, isinya bahwa HSBC telah membantu para nasabah kaya dalam menghindari kewajiban membayar pajak selama beberapa tahun. Bahkan dikatakan sekitar 200 lebih nasabah dari berbagai negara telah menghindari pajak melalui berbagai rekening, dengan total nilai sekitar 119 miliar dolar AS.

Angka yang cukup fantastis serta ketakutan para mafia banker saat ini menjadi alasan lain untuk mencari Falciani sebagai sang pembuka kartu. Sebagai seorang mantan pegawai IT dari HSBC, Falciani sering dikatakan sebagai “Snowden baru dari kasus pajak” oleh sebagian kalangan. Memang dari dulu hingga sekarang, dunia perbankan seolah menutup diri untuk membuka beberapa kasus besarnya. Tak hanya di dunia internasional, begitupun di Indonesia, dunia penyadapan serta pembukaan kartu truf terhadap kasus besar, seolah menjadi sangat sulit untuk dibuka ke publik. Indikasi tersebut bisa dilihat dari sistemikya kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) di Indonesia. Bahkan institusi seperti KPK, idealnya sebagai spy (mata-mata) dan pembuka kartu dari mafia BLBI kini tak bertaring, karena saat ini jeratan kasus KPK secara tidak langsung telah mengancam eksistensinya sebagai musuhnya koruptor kelas kakap Indonesia.

Kisruh Polri Vs KPK seolah akan meniadakan pengungkapan kasus besar yang di Indonesia, bukan hanya kewenangan penyeledikan, penyidikan serta penuntutan saja yang akan terganjal oleh KPK, namun di wilayah lain seperti kepolisian—upaya pengungkapan korupsi pun akan terganjal oleh kisruh ini. Perilaku Pemangku kepentingan serta stake holders lain pun terlihat seolah memperkeruh suasana kisruh Polri dan KPK. Bahasa yang digunakannya pun beragam, ada yang berkacamata atas nama hukum harus ditegakan, ada juga mengatasnamakan rakyat menjadi hal lain atas kisruh ini. Coba kita lihat, pertarungan  serta pergeseran opini tentang pengkeridilan pun berhembus halus kepada dua institusi ini. Namun, jangan lupa fakta dibalik sebuah pristiwa ini, siapa yang diuntungankan dan siapa yang dikorbankan.

Bagi para koruptor, mungkin dia tertawa ketika melihat kondisi ini, karena sangat mudahnya bangunan opini dan distraksi politik menjadi bergeser pada isu lain. Ada pemeran utama dibalik kisruh ini, pemerannya pun tak lain demi memuluskan langkahnya sebagai mafia—agar kasus besar Indonesia seperti penanganan kasus SKL BLBI ataupun Century dan lain-lain tak lagi terdengar ceritanya oleh publik. Atau dengan kata lain, agar tidak ada lagi pahlawan seperti Snowden sang pendekar atas kasus Spy-nya Amerika dan pahlawan Herve Falciani dalam pengungkapan skandal kasus pajak SwissLeaks. Kita bukan lagi sekedar penikmat berita, namun lebih dari itu, memaknai berita dibalik berita.


***Salam Pecinta Kesederhanaan

0 comments:

Post a Comment