Gambar Ilustrasi |
Tuhan telah
memberikan anugrah serta berbagai macam kemampuan kepada umatnya, baik sisi
potensi akademik, psikomotorik ataupun kemampuan lainnya. Anugrah tersebut tak
lain dipergunakan untuk melangsungkan kegiatan kita dalam rangka sebagai
makhluk sosial. Namun tak jarang, anugrah Tuhan yang diberikan kepada kita seringkali
kita menyalahgunakannya, demi memuaskan hawa nasfu hedoinis semata. Fakta demikian
bisa kita lihat dari kita sendiri, waktu yang panjang pun tak pernah dimaksimalkan,
belum lagi harta ataupun barang yang dimiliki. Semua itu seolah tak mengubah
daya cipta kita untuk memaksimalkan hidupkan kita. Coba sedikit tengok ke kanan
kiri kita, banyak sekali saudara-saudara kita yang membutuhkan semua itu, namun
kita malah melalaikannya. Kita seharunya malu dengan semua yang kita miliki
saat ini, karena sampai detik ini kita tak ubahnya sebuah robot yang bergerak
seolah tanpa arah dan tujuan untuk memaksimal sejatinya kemampuan kita. Kita tak
menghargai anugrah tuhan yang begitu besarnya kepada kita.
Coba kita
telisik secarik kisah inspiratif dari Ratna Indraswari Ibrahim, Sejak kecil Ratna
terserang penyakit rakitis atau radang tulang. Kondisi fisiknya yang lemah
membuat Ratna sempat hampir putus asa. Untuknglah Ratna memiliki ibu yang senantiasa
membesarkan hatinya sehingga lambat-laun ia bisa ikhlas menerima cobaan
tesebut. Sejak itulah Ratna ingin menulis. Ia merekrut asisten untuk membantu
menuangkan ide-idenya dakan bentuk tulisan. Ratusan karya indah pun bermunculan
dari buah pemikirannya yang tajam.
Sebagai penulis,
sudah lebih dari 400 karya yang dihasilkan Ratna. Meskipun kondisi fisiknya
memaksanya untuk terus duduk di kurisi roda, tetapi tidak menghalanginya untuk
terus berkarya. Karyanya tidak hanya di bidang penulisan, tetapi juga di bidang
sosial. Di antaranya dengan mendeklarasikan dirinya dengan mengetuai Yayasan
Bhakti Nurani di Malang. Yayasan tersebut merupakan sebuah organisasi yang
membantu memperjuangkan hak orang-orang yang memiliki keterbatasan kemampuan
fisik. Dedikasi Ratna di bidang karya tulis banyak membuahkan penghargaan,
diantaranya mendapat predikat Wanita Berprestasi dari pemerintah RI Tahun 1994
serta penghargaan dalam kesetiaan berkarya dari sebuah harian nasional.[1]
Sebagai seorang
sastrawan Indonesia yang produktif, penghargaan lainnya pun didapatkan olehnya.
Seperti Tiga kali berturut-turut cerpennya masuk dalam antologi cerpen pilihan
Kompas (1993-1996), Cerpen pilihan
harian Surabaya Post (1993), Juara tiga lomba penulisan cerpen dan cerbung
majalah Femina (1996-1997) dan Karyanya juga terpilih masuk dalam Antologi
Cerpen Perempuan ASEAN (1996). Dari karyanya yang besar, Ratna telah
mengharumkan nama bangsa dan negara. Sebelum menyelesaikan karya lainya, Ratna meninggal
dunia pada 28 Maret 2011 dalam usia 61 tahun.
[1] Eileen
Rachman, 52 Kata-kata Motivasi yang
memberikan semangat dan mencerahkan hati dari wanita Indonesia Berprestasi,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal. 10
0 comments:
Post a Comment