Translate

Friday, 6 February 2015

Belajar Memaksimalkan Kemampuan Dari Ratna Indraswari Ibrahim

Gambar Ilustrasi
Tuhan telah memberikan anugrah serta berbagai macam kemampuan kepada umatnya, baik sisi potensi akademik, psikomotorik ataupun kemampuan lainnya. Anugrah tersebut tak lain dipergunakan untuk melangsungkan kegiatan kita dalam rangka sebagai makhluk sosial. Namun tak jarang, anugrah Tuhan yang diberikan kepada kita seringkali kita menyalahgunakannya, demi memuaskan hawa nasfu hedoinis semata. Fakta demikian bisa kita lihat dari kita sendiri, waktu yang panjang pun tak pernah dimaksimalkan, belum lagi harta ataupun barang yang dimiliki. Semua itu seolah tak mengubah daya cipta kita untuk memaksimalkan hidupkan kita. Coba sedikit tengok ke kanan kiri kita, banyak sekali saudara-saudara kita yang membutuhkan semua itu, namun kita malah melalaikannya. Kita seharunya malu dengan semua yang kita miliki saat ini, karena sampai detik ini kita tak ubahnya sebuah robot yang bergerak seolah tanpa arah dan tujuan untuk memaksimal sejatinya kemampuan kita. Kita tak menghargai anugrah tuhan yang begitu besarnya kepada kita.

Coba kita telisik secarik kisah inspiratif dari Ratna Indraswari Ibrahim, Sejak kecil Ratna terserang penyakit rakitis atau radang tulang. Kondisi fisiknya yang lemah membuat Ratna sempat hampir putus asa. Untuknglah Ratna memiliki ibu yang senantiasa membesarkan hatinya sehingga lambat-laun ia bisa ikhlas menerima cobaan tesebut. Sejak itulah Ratna ingin menulis. Ia merekrut asisten untuk membantu menuangkan ide-idenya dakan bentuk tulisan. Ratusan karya indah pun bermunculan dari buah pemikirannya yang tajam.

Sebagai penulis, sudah lebih dari 400 karya yang dihasilkan Ratna. Meskipun kondisi fisiknya memaksanya untuk terus duduk di kurisi roda, tetapi tidak menghalanginya untuk terus berkarya. Karyanya tidak hanya di bidang penulisan, tetapi juga di bidang sosial. Di antaranya dengan mendeklarasikan dirinya dengan mengetuai Yayasan Bhakti Nurani di Malang. Yayasan tersebut merupakan sebuah organisasi yang membantu memperjuangkan hak orang-orang yang memiliki keterbatasan kemampuan fisik. Dedikasi Ratna di bidang karya tulis banyak membuahkan penghargaan, diantaranya mendapat predikat Wanita Berprestasi dari pemerintah RI Tahun 1994 serta penghargaan dalam kesetiaan berkarya dari sebuah harian nasional.[1]

Sebagai seorang sastrawan Indonesia yang produktif, penghargaan lainnya pun didapatkan olehnya. Seperti Tiga kali berturut-turut cerpennya masuk dalam antologi cerpen pilihan Kompas (1993-1996),  Cerpen pilihan harian Surabaya Post (1993), Juara tiga lomba penulisan cerpen dan cerbung majalah Femina (1996-1997) dan Karyanya juga terpilih masuk dalam Antologi Cerpen Perempuan ASEAN (1996). Dari karyanya yang besar, Ratna telah mengharumkan nama bangsa dan negara. Sebelum menyelesaikan karya lainya, Ratna meninggal dunia pada 28 Maret 2011 dalam usia 61 tahun.






[1] Eileen Rachman, 52 Kata-kata Motivasi yang memberikan semangat dan mencerahkan hati dari wanita Indonesia Berprestasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal. 10

0 comments:

Post a Comment