Tak pernah terpikirkan saat krisis menerjang kita,
pikiran negatif menjadi lingkaran tersendiri untuk mendewasakannya. Pengalaman bersambut
kegagalan menjadi hal lain dari kita, bahkan pengalaman apapun seolah tak
menyadarkan kita untuk selalu maju mengarungi misteri kehidupan manusia. Kata “Gagal”
seriingkali diartikan peyoratif/negatif, tak ayal balutan serta bungkusan yang menyelimuti
kita ditopang dengan beragam cara. Apapun itu, yang penting kita jauh dengan
kata “gagal”.
Kata “gagal” sangat erat kaitannya dengan tingkat
kepuasan seseorang, dimana indikator gagal adalah nirkepuasan, dan pada
akhirnya kita kehilangan rasa kebahagiaan. Hasil penelitian beberapa ahli
psikologis, ada
beberapa esensi tingkat kepuasan seseorang. Dan unsur ini mau tidak mau harus berjalan
beriringan, jika tidak, pikiran kita akan terbungkus picik dengan kata “gagal”.
Pertama sikap menerima (acceptance),
kedua kasih sayang (affection),
dan ketiga prestasi
(achievement). Bisa diilustrasikan
gambaran kebahagiaan seperti gambar di bawah ini:
Gambar : Tiga A Kebahagiaan (Three A’s Happiness)
Sikap menerima (acceptance) orang lain
dipengaruhi sikap menerima diri yang timbul dari penyesuaian pribadi maupun
penyesuaian sosial yang baik, Shaver dan Freedman lebih lanjut berkata “
Kebahagiaan bergantung pada sikap menerima dan menikmati keadaan orang lain dan
apa yang dimilikinya, mempertahankan keseimbangan antara harapan dan prestasi.”
Kasih sayang atau cinta (affection)
merupakan hasil normal dari sikap diterima oleh orang lain. Semakin diterima
baik oleh orang lain, semakin banyak diharapkan cinta dari orang lain. Bahwa
kasih sayang penting dalam penyesuaian diri yang baik telah ditunjukkan dalam
banyak telaah tentang kurangnya cinta dan pengaruhnya yang sangat besar kepada
individu.
Prestasi (achievement)
berhubungan dengan tercapainya tujuan seseorang. Kalau tujuan ini secara tidak
realistis tinggi, maka akan timbul kegagalan dan yang bersangkutan akan merasa
tidak puas dan tidak bahagia. Ada
beberapa kondisi penting yang menunjang kebahagiaan agar bersinggungan pada tingkat kepuasan diantaranya yaitu pertama menerima kenyataan diri dan kondisi hidup
yang ada sekarang, walaupun kenyataan
tersebut berada di bawah kondisi yang di harapkan. Kedua diterima oleh dan
memperoleh respek dari kelompok masyaraka. Ketiga menikmati kegiatan sosial
yang dilakukan dengan kerabat-keluarga, teman dan masyarakat luas.
Mari
kita coba harmonisasi tiga unsur tersebut dalam kehiduppan kita, dan mulailah
belajar jangan pernah memikirkan untuk mencari sebuah alasan dalam kegagalan. Alasan
tetaplah alasan, ia takkan mengubah kegagalan menjadi sebuah kerberhasilan. Semakin
banyak menumpuk alasan, semakin besar pengingkaran pada diri sendiri. Dan hal
itu menjauhkan kita pada titik kerberhasilan yang harmoni. Coba biarkan
kegagalan menjadi pengalaman tersendiri bagi kita, dan mulailah mengukur seberapa
jauh pengalaman kita mengukir tingkat kedewasaan kita untuk lebh bermakna.
*Salam
Pecinta Kesederhanaan
0 comments:
Post a Comment