Translate

Makna Dibalik Kegagalan

Kata “Gagal” seringkali diartikan peyoratif/negatif, tak ayal balutan serta bungkusan yang menyelimuti kita ditopang dengan beragam cara. Apapun itu, yang penting kita jauh dengan kata “gagal”. Namun apa makna dibalik kegagalan...

Bukan Mengelola Waktu, Tetapi Mengelola Energi

Saat ini mengelola waktu menjadi tren tersendiri dari kita. Bahkan hidup di era digital seperti ini, mengelola waktu bukan saja menjadi prioritas utama tetapi lebih dari itu. Namun banyak dari kita yang hidupnya mati-matian untuk mengelola waktu tetapi...

Implikasi Putusan Praperadilan Kasus BG, Bukti Nyata Hukum Indonesia Tak Jelas

Pasca putusan praperadilan perkara penetapan kasus tersangka BG yang diajukan oleh KPK dalam kasus korupsi, opini pun berhembus seperti terpecah belah dua dalam dunia hukum. Di tambah lagi beragam opini.....

Adonis, Sastrawan Arab Paling Kritis

Adonis merupakan penyair Arab yang paling berpengaruh di abad ke-20. Karya sastra modernisnya sangat berpengaruh terhadap dampak budaya Arab.....

Lintasan Sejarah Komunisme di Dunia Islam

Persinggungan antara komunisme di barat maupun di wilayah timur, terkhusus di Dunia Islam terdapat titik persamaan konseptual yaitu menolak terhadap kolonialisme barat. Seperti yang kita ketahui, hampir rata-rata di dunia Islam paruh abad 18-19-an, telah terjadi pergeseran antar ideologi.

Monday, 22 December 2014

Lintasan Sejarah Komunisme di Dunia Islam

Komunisme  merupakan salah satu ideologi di dunia. Penganut paham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifesto politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.

Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap paham kapitalisme di awal abad ke-19, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, muncul beberapa faksi internal dalam komunisme antara penganut komunis teori dan komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan cara perjuangan yang berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa yang disebutnya sebagai masyarakat utopia.

Setelah membaca dari sedikit literatur, telah terjadi persinggungan antara komunisme di barat maupun di wilayah timur, terkhusus di Dunia Islam. Terlebih lagi ada beberapa titik persamaan konseptual antara komunis dengan spirit penganut muslim yang menolak terhadap kolonialisme barat. Seperti yang kita ketahui, hampir rata-rata di dunia Islam paruh abad 18-19-an, telah terjadi pergeseran antar ideologi, dan pada akhirnya kolonialisme barat mengeskpansi seluruh kekuasaanya di negara-negara Timur Tengah-Asia. Namun pergolakan antara kolonialisme, komunisme dalam dunia Islam tetap menjadi catatan tersendiri. Ada yang berkolaborasi, namun ada juga yang menolak mentah-mentah konsepsi komunisme. Pada edisi diskursus kali ini, penulis akan bahas dengan judul “lintasan sejarah komunisme dalam dunia Islam”.

*****
Antara komunisme dan Islam—telah menimbulkan solusi pada tatanan sosial, moral, ekonomi dan politik. Meski begitu, perbedaan mereka tetap banyak dan mendasar. Gerakan komunis telah dikembangkan di seluruh dunia Islam, tetapi mereka dibatasi pada basis sosial sempit, dan sebagian sering mengubah menjadi non muslim. Kelompok komunis menjadi sangat terlibat dengan memperdebatkan alasan teoritis Marxisme-Leninisme untuk kegagalan ini untuk mendapatkan dukungan massa. Perdebatan ini lebih terfragmentasi gerakan komunis di dunia Islam. Komunisme di Timur Tengah tidak pernah menjadi pesaing serius bagi kekuasaan, dan runtuhnya Uni Soviet tersisih komunisme di seluruh dunia.

Ulama Islam mengkritisi komunisme di beberapa bagian. Terutama, komunisme menolak keberadaan Tuhan. Dengan demikian, hal ini secara langsung bertentangan dengan Islam dan keimanan. Selanjutnya, Islam memandang sejarah dengan cara yang berbeda daripada komunisme. Dalam dialektika komunis dan gerakan sejarah dari kapitalisme ke komunisme, Islam memandang sejarah sebagai pencarian iman dan kebenaran. Sejarah perkembangan masyarakat berakhir ketika Islam diterima, bukan ketika kapitalisme tersapu oleh komunisme. Akhirnya, dalam mencari keadilan sosial, Islam tidak berusaha untuk membuat semua orang sama; ia menerima bahwa beberapa akan memiliki lebih dari yang lain. Islam mencapai keadilan sosial melalui penerimaan kewajiban mereka dengan lebih untuk menyediakan mereka yang kurang, melalui proses seperti zakat (sedekah).

Sebelum Perang Dunia Kedua, gerakan komunis di Timur Tengah terdiri dari kelompok-kelompok kecil intelektual, yang tertarik pada sikap antikolonialnya. Lingkungan pasca-perang, dengan ekspansi Soviet dan runtuhnya kekuasaan kolonial, pada awalnya dianggap oleh sebagian besar komunis sebagai kesempatan untuk mencapai massanya. Dukungan Soviet untuk kelompok-kelompok ini tidak otomatis. Perang Dingin melihat Uni Soviet menghadapi kebijakan yang sering kontradiktif mendukung gerakan revolusioner komunis dan mendukung pemerintah selaras dengan kepentingan Soviet. Misalnya, dukungan kepada pemerintah Mesir di bawah Jamal  Abd al-Nasser amat berharga untuk kepentingan Soviet, namun bertentangan dengan menangani kebutuhan Partai Komunis Mesir. Dalam kasus lain, seperti Iran, Soviet memberikan dukungan Klandestin ke komunis. Sementara itu, di bawah Doktrin Eisenhower, Amerika Serikat membentuk pertentangannya terhadap gerakan komunis di Timur Tengah. Berdasarkan doktrin ini, Amerika Serikat campur tangan terhadap militer di Lebanon pada tahun 1958, dan mereka membentuk Pakta Baghdad dalam mengadapi ekspansionisme Soviet. Baik Amerika Serikat maupun Uni Soviet sepenuhnya memahami kekuatan pendorong dari daerah, seperti yang ditunjukkan masing-masing di Iran dan Afghanistan di akhir 1970-an.

Di Mesir, Palestina, dan Lebanon pada tahun 1920, secara baik para intelektual mendirikan partai komunis atau kelompok politik sosialis. Setelah Perang Dunia Kedua, Partai Komunis Suriah, yang telah menarik dukungannya dari Kurdi dan minoritas partai lainnya, telah tumbuh beberapa hal penting pada tahun 1950, akan tetapi mereka tidak pernah menjadi pesaing serius bagi kekuasaan. Partai Komunis Lebanon telah dilarang hingga tahun 1970, dan mereka tidak pernah mendapatkan lebih dari 1000 anggota partisipan. Partai Komunis Mesir berbagi pandangan mengenai konsep antikolonial terhadap Nasser, tapi dia melarang partai dan para pemimpinnya dipenjarakan menyusul kudeta 1952 terhadapnya. Sejak saat itu, komunisme di Mesir telah diwakili oleh sejumlah kelompok sempalan kecil.

Di Iran, setelah Perang Dunia Pertama, gerakan komunis utama yang dikembangkan di Iran, di mana kontak langsung dengan komunis Rusia lebih tepatnya di Azerbaijan, dan ha itu menghasilkan pembentukan sebuah partai Adalat pada 1917. Dan tahun 1920, Ferqehye menjadi Komunis di Iran. Sekitar tahun 1929 kemudian dilarang. Setelah itu dibangun kembali sebagai dengan nama Partai Tudeh pada tahun 1941. Hal ini pun terus dilarang pada tahun 1949, dan anehnya terus berkembang dalam gerakan bawah tanah, terutama para anggota partai yang terdiri dari kaum intelektual, perwira militer, dan elite lainnya. Pasca penggulingan Mohammad Mosaddeq (1953), pemerintah Iran mengambil tindakan tegas terhadap Tudeh dan Partai hancur. Serpihan unsur komunis terus aktif di Iran hingga akhir 1970-an, dan telah memainkan perannya dalam Revolusi Islam 1979. Kelompok-kelompok ini dihilangkan atau diusir dari Iran seperti para pemuka yang berkonsolidasi kekuasaan.

Partai Komunis Irak atau yang biasa disebut dengan ICP—yang didirikan pada tahun 1934 telah memainkan peran tidak sesuai dalam dunia politik Irak. Dimulai dengan keikutsertaannya dalam gerakan kemerdekaan melawan Inggris. Penggulingan kerajaan Hashemit pada tahun 1958 membawa partai untuk kepentingan nasional. ICP dimobilisasi demonstran seperempat juta terhadap upaya kudeta konservatif pada tahun 1959, dan memiliki milisi bersenjata sendiri. Saingan partai ini adalah Partai Ba'ath, sekuler, gerakan sosialis yang mengemban persatuan dan anticolonialisme Arab, langsung terjun ke dalam konflik dengan ICP setelah merebut kekuasaan pada tahun 1963, dan dengan cepat melampaui pengaruh. Pada tahun 1974, semua partai-partai oposisi, termasuk ICP, dikonsolidasikan ke dalam Front Nasional Progresif (PNF), yang memungkinkan Baath untuk tegas mengontrol gerakan oposisi. Dari tahun 1978 sampai 1979, pemerintah telah menangkap dan banyak mengeksekusi pemimpin ICP, sementara yang lain melarikan diri ke luar negeri.

Hanya satu dari negara Timur Tengah yaitu Republik Rakyat Yaman, telah memiliki pemerintahan Marxis. Sementara koloni Inggris sebagai gerakan kemerdekaan fundamental yang dikembangkan dengan dukungan oleh Soviet. Setelah kemerdekaan pada tahun 1967, Front Pembebasan Nasional Sovietfunded, sebuah kelompok Marxis, mengambil dan memegang kendali kekuasaan. Barisan depat partai cheos oleh gerakan faksionalisme, dan dengan cepat menjadi lebih ideologis dan represif. Untuk mengalihkan perbedaan pendapat populer, Front berjuang dalam pertempuran dengan negara tetangga yaitu Oman, Arab Saudi, dan Yaman Utara. Ketika Uni Soviet runtuh, Yaman Selatan tidak lagi menerima bantuan Soviet, dan tak lama upaya untuk menggabungkan Utara dan Yaman Selatan di bawah pemerintah non-communist tunggal secara resmi berhasil pada tahun 1990, meskipun wabah kerusuhan masih terjadi di daerah-daerah.

Akhir 1960-an melihat kebangkitan gerakan komunis sempalan di kalangan mahasiswa dan intelektual, sebagai Maoisme dan Guevarism menjadi populer. Gerakan-gerakan ini tidak memiliki daya tarik massa yang signifikan, tetapi karena kecenderungan kekerasan kelompok, mereka memiliki beberapa dampak politik pemerintah berusaha untuk mengendalikan mereka. Beberapa kelompok Palestina diserap ideologi ini dan penekanan mereka pada kekerasan dan revolusi. Gerakan untuk Pembebasan Palestina atau yang disingkat PFLP, Gerakan Demokratik untuk Pembebasan Palestina (DFLP), dan Gerakan Populer untuk Pembebasan Palestina-Komando Umum (PFLP-GC) semua gabungan Marxis-Leninisme dengan nasionalisme Palestina. Di berbagai negara, penganut ideologi komunis revolusioner ini tidak lebih dari beberapa ratus penganut saja, dan ini sering terpecah-pecah menjadi beberapa kelompok dengan ideologi radikal. Dan berbeda sekali dengan gerakan komunis di Indonesia.

****
Gerakan komunis dalam dunia Islam di Indonesia juga tak jauh berbeda pergolakannya. Gerakan komunis di Indonesia  meski dikatakan cukup berhasil dalam menyusupi pergerakan Islam, namun dalam perjalanannya telah terjadi dari berbagai tantangan, baik dengan kaum agamawan maupun angkatan darat. Jauh sebelum itu, kehadiran Komunisme di Indonesia bermula merupakan sebuah perkumpulan sosialis Belanda yang dimotori oleh Henk Sneevliet dan para penganut Sosialis Hindia lainnya—pada dasarnya membentuk tenaga kerja di pelabuhan pada tahun 1914, dibawah nama Indies Social Democratic Association atau dalam bahasa Belanda: Indische Sociaal Democratische Vereeniging - ISDV ). Dan ISDV dibentuk oleh 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, SDAP dan Partai Sosialis Belanda yang kemudian menjadi SDP komunis, yang berada dalam kepemimpinan Hindia Belanda. Di sana, para anggota Belanda dari ISDV memperkenalkan ide-ide Marxis untuk mengedukasi orang-orang Indonesia mencari cara untuk menentang kekuasaan kolonial kal itu. Dengan cirri khas prinsip dasar komunis yang anti kolonialisme dan anti kapitalisme menjadikan proses akulturasi dalam masyarakat Islam di Indonesia menjadi tak terelakan. Terlebih pada waktu itu banyak dari pribumi anti hindia-belanda beragamakan Islam.

Beberapa tahun kemudian, pada Kongres ISDV di Semarang  sekitar bulan Mei 1920), nama organisasi ini diubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH). Semaun adalah ketua partai dan Darsono menjabat sebagai wakil ketua. Salah satu fakta menarik ketika pengaruh komunis masuk dalam Sarekat Islam sekitar tahun 1916-1920an. Di mana serikat Islam pada waktu mendapatkan spirit dari konseptual semangat Marxist dan teori tentang teori-teori kapitalis—telah mempercepat semangat perjuangan untuk mendapatkan kesempatan dan bertanggung jawab terhadap lintas ekonomi. Seperti yang yang dikatakan Abdul Karim, teori Marxist itu diinterpretasikan sedemikian rupa oleh Sarekat Islam, sehingga yang kontradiksi dikesampingkan, sedangkan ajaran Marxist yang mendukung perjuangan Serikat Islam dipergunakan untuk menghantam kapitalis.

Secara sadar atau tidak, SI (Sarekat Islam) dalam kerjasama dengan komunis untuk mencapai tujuan dan maksud, Serikat Islam telah kesusupan pemikiran dari politik komunis yang diperjuangkan oleh Samaun dan Darsono. Hal tersebut menyebabkan perpecahan dalam tubuh partai pada tahun 1921. Seperti yang dikemukakan oleh Deliar Noer:

“Komunisme telah mengguncangkan tubuh partai Sarekat Islamyang telah mengambil Islam sebagai dasar bagi kesatuan mereka. Dasar ini telah memberikan para pengikut Sarekat Islam, terutuma mereka yang kurang merasa terikat pada agama, suatu alternatif untuk memilih kebijaksanaan yang akan diturut. Loyalitas anggota-anggota ini kepada parta menjadi menipis, dan oleh sebab kesatuan di dalam Sarekat Islam menjadi lemah. Malahan sebelum perpecahan di dalam Sarekat Islam pada tahun 1921 dapat dikatakan telah terbelah dua, terdiri dari mereka pro komunis dan yang anit komunis.”

 Sekitar tahun 1927an Sarekat Islam secara resmi merubah anggaran dasarnya untuk memisahkan diri dari kelompok PKI, dan hal itu disarasakan kekecewaanya oleh Samaun dan Darsono selaku pejuang komunis terhadap sarekat. Dan kemudian para pendulum mengalihkan perhatiannya untuk mempelajari dengan cara yang lain. Dorongan lain dari gerakan Islam terhadap kemerdekaan dan perjuangan untuk mengusir penjajahan, mereka sering mendapat buku-buku dan majalah-majalah dari Mesir sehingga mereka dapat berpendirian tegas. Tetapi menghadapi infiltrasi Komunis ini mereka harus menggali sendiri, karena negara-negara Islam yang lain belum banyak memperoleh ide komunis. Namun demikian ide komunis terhadap anti imperalisme dan kapitalisme serta perjuangan untuk membela golongan kelas, kelihatannya mempunyai paralelisme dengan perjuangqan Sarekat Islam. Tak dipungkiri pula pada akhirnya komunisme kemudian pasca kemerdekaan mendapatkan suaranya yang keras dari partai lainnya. Terlebih ketika partai berbasis agama seperti Masyumi mengalami keruntuhan.

Dan pada akhirnya setelah kemerdekaan berlalu, kemudian politik yang dimainkan pemerintah (Soekarno) kala itu mendapat kecaman dan tantangan keras, guna meredam kepanikan yang lebih parah, usaha untuk mengembalikan landasan kepada pancasila dan UUD 1945 secara legitimate diserahkan kepada Jenderal Soeharto menerima surat perintah 11 Maret 1966. Namun secara bertahap hal itu menjadi awal mula titik pertumbuhan regim orde baru. Dan komunisme secara resmi dilarang sejak itu dengan TAP MPRS XXV/1966. Dam para anggota maupun simpatisan komunis di adili.

****
Dari lintasan sejarah komunisme dengan dunia Islam, bisa diktakan Model perjuangan kelas dari komunis mendapat banyak simpati dari kalangan, umat Islam meskipun pada akhirnya terjadi pertentangan-pertentangan secara fundamental, dan hal itu menjadi titik perbedaan signifikan perjuangan komunisme dan perjuangan masyarakat muslim di beberapa wilayah. Memobilisasi kaum proletar, bisa dikatakan gagal di Timur Tengah. Upaya oleh beberapa komunis untuk beradaptasi dengan prinsip fundamental mapun kondisi dan tempat, telah gagal karena kekakuan ideologi kepemimpinan komunis. Faktor-faktor lain termasuk penindasan gerakan komunis oleh hampir dari semua pemerintah daerah, pertikaian ideologis dan faksionalisme antara komunis, dan ketersediaan struktur sosial dan ekonomi alternatif yang puas bagi sebagian kalangan menjadi hal lain lagi. Runtuhnya Uni Soviet meninggalkan sebagian komunis lanjut terisolasi dari opini publik.

Rujukan Komprehensif

Batatu, Hana. The Old Social Classes and the Revolutionary Movements in Iraq: A Study of Iraq’s Old Landed and Commercial Classes and of its Communists, Ba’thists and Free Officers. Princeton: Princeton University Press, 1978.

Cottam, Richard W. Nationalism in Iran. Pittsburgh: University of Pittsburgh Press, 1979.

Ismael, Tareq , and el-Sa’id,  Rifa’at. The Communist Movement in Egypt, 1920–1988. Syracuse: Syracuse University Press, 1990.

Ed. Richard C. Martin, Encyclopedia of Islam and the Muslim World. New York: Macmillan Reference USA. 2004

Karim, M. Abdul. Islam dan Kemerdekaan Indonesia: Membongkar Marjinalisasi Peran Islam dalam Perjuangan Kemerdekaan. Yogyakarta: Sumbangsih Press Yogyakarta. 2005

Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES. 1980


Thursday, 18 December 2014

Menemukan Makna Hidup Ala Viktor Frankl

Dalam kehidupan yang serba hampa dari keinginan, seringkali kedangkalan imaginasi dalam melakukan sesuatu menjadi tak terkendali. Tujuan-tujuan palsu seperti pondasi ekternal— uang, jabatan serta pengakuan orang lain) menurut Phillip Mc Graw telah mendominasi kehidupan kita. Alhasil kita terperangkap dalam sebuah lingkaran eksistensi yang bergerak menurun. Akibatnya secara  terus menerus kita terasa letih, stres, cemas, tak bergembira berperasaan hambar atau bahkan depresi menyelimuti diri kita.[1] Bahkan lebih miris lagi ketika hidup kita serasa tak bermakna, sebagian dari kita sering berfantasi pada masa lalu, hal demikian merupakan indikasi dimana masa sekarang sudah mulai tak bermakna seperti dahulu kala. Sebuah pertanda buruk bahwa kehidupan kita sedang mengalami guncangan dahsyat.

Jika pikiran kita serasa tumpul dan tidak secerdik dulu lagi, itu pertanda diri sejati sudah mulai terkubur. Ia tengah berjuang mendapatkan udara dari berbagai macam asupan, jika tak terkontrol maka ledakan sikap sinis, apatis, putus asa dan kurang optimis menjadi asupan yang logis bagi kita. Semua itu tak lain karena kita telah menyingkirkan siapa diri kita sebenarnya. Persoalan makna hidup seolah menjadi bahan perdebatan belaka. Coba renungkan sejenak kisah sederhana dari Kang Emen si penjual kangkung yang sehari-hari membawa 15 - 20 ikat kangkung untuk dijual kepada tetangganya. Ketika ditanya, keutungan yang didapat sekitar Rp. 7.000-10.000 perhari, ketika saya coba tanyakan kembali kepada Kang Emen tentang kepuasannya, kang Emen hanya tersenyum dan berkata: “saya senang jualan sayuran kangkung ini, karena saya merasa telah membantu banyak orang sekitar rumahnya.” Mendengar jawaban tanpa direka-reka oleh kang Emen membuat saya merasa malu pada diri saya sendiri. Hingga saat ini kata-kata kang Emen membuat saya ingin belajar menghargai siapa saya sebenarnya. 

Hikmah cerita di atas tak kalah serunya dengan cerita seorang psikiater sekaligus penulis handal yang hidup pada kekejaman rezim Nazi, namun hingga kini pengaruhnya sampai di tiap negeri ada. Siapa lagi kalau bukan Viktor Frankl,[2] dalam keterbatasannya, ia menjadi seorang psikiater di mana waktu itu penderitaan akibat penahanan di kamp konsentrasi Nazi selama Perang Dunia II seharusnya membuatnya gila, tapi tidak dengan Frankl. Ia menemukan makna hidup dan jauh lebih kreatif. Karya hidupnya menghasilkan pendekatan terapeutik[3] yang disebut dengan Logoterapi. Ia membuka jalan untuk mengenalkan kepada kita dasar eksistensi manusia. Viktor Frankl mengatakan bahwa penderitiaan traumatis bagi manusia bukan prasyarat dalam menemukan makna hidup. Ia berhasil dalam menemukan beragam konseptual bukan karena posisinya sedang dalam keadaan bahaya, namun karena diri manusia itu mempunyai pilihan.

Konsep Viktor Frankl memberikan imaginasi pada kita, sekalipun dan ketika kita menderita, betapa pun beratnya, kita memiliki kemampuan untuk menemukan makna dalam situasi tersebut. Memilih untnuk melakukannya merupakan jalan setapak menuju kehidupan yang penuh makna. Dan di dalam sebuah kehidupan yang penuh makna terdapat pekerjaan yang penuh makna.[4] Namun ketika hujan badai menghampiri diri kita dengan sejumlah tetesan air mata, seringkali kita terjebak dalam lingkaran egosime kita. Egoisme kedirian (aku) dengan perasaan serba keakuan menjadi penghambat kita untuk belajar lebih banyak siapa kita sebenarnya. Coba renungkan sedikit kutipan dari Viktor Frankl:[5]


Kutipan inspiratif dari Frank memberikan kita pemahaman akan memaknai kehidupan. Frank mengibaratkan bahwa hidup dalam dua dimensi perselisihan, untuk meraihnya kita sering mengorbankan begitu banyak pembelajaran kita yaitu pengalaman. Dalam dimensi ini, menurut Frankl pembelajaran pahit seharusnya tidak kita rasakan, karena kita makhluk pemilih, cukup merasakan kebermaknaan menjadi hal fundalmental bagi kita. Ketika sentuhan tangisan dan kehampaan dalam diri kita menghapiri secara kompleks, Frankl mengingatkan kembali dalam kutipan di atas, jika kita sudah terlanjur hidup dengan banyak penderitaan, maka yang terpenting adalah pengendalian hidup, secara otomatis hidup kita akan jauh lebih bermakna.

***Salam Pecinta Kesederhanaan…



[1] Phillip C. McGraw, Kau Mesti Tahu Yang Kau Mau, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2007), hal. 30
[2] Viktor Frankl dilahirkan di Wina, Austria, kelahirannya bertepatan wafatnya seorang seniman terkemuka yaitu Beethoven, tepatnya pada tanggal 26 Maret 1905. Sejak usia 16 tahun, Frankl telah telah mengukuhkan dirinya dengan memberikan ceramah public yaitu On the Meaning of Life. Ketika masih duduk di sekolah dia juga menulis On the Psychology of Philosophical Though. Dari 32 buku yang telah ditulisnya, magnum opus yang paling fenomenal karyanya adalah Man’s Search for Meaning. Lebih lengkap lihat Alex Patakos, Lepas Dari Penjara Pikiran, (Bandung, Kaifa, 2006), hal. 61 dan hal. 67
[3]  Logoterapi digambarkan sebagai corak psikologi/ psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia di samping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will of meaning) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningful life) yang didambakannya.
[4] Alex Patakos, Lepas Dari Penjara Pikiran, (Bandung, Kaifa, 2006), hal. 44
[5] Alex Patakos, Lepas Dari Penjara Pikiran, (Bandung, Kaifa, 2006), hal. 69

Friday, 5 December 2014

Titik Kebahagian dan Keberhasilan Ditentukan Cara Berpikir Seseorang

Hidup memang terasa begitu cepat, tak terasa, persaingan pun kian hari menjadi-jadi. Sejak kecil orang tua mempersiapkan agar hidup anaknya bernasib lebih baik dari sebelumnya. Namun apa daya jika persiapan matang pun terkadang melesat jauh dari arah panah. Ya itulah hidup, respon kehidupan pun beragam, ada yang memaknai hidup sebagai perjuangan, ada juga sebagai jalan panjang, ada juga hidup itu untuk dijalani, ada juga yang memaknai sebagai hidup itu untuk dinikmati. Itulah ragam respon memaknai hidup. Seperti yang terjadi pada kita, suatu hari sepulang bekerja, tepatnya Rabu malam pukul 22.15 WIB terdengar dering Hp pribadi saya, seketika itu saya bergegas untuk melihat sebuah pesan, pesan tersebut berisi:

-Teman     : di mana mas? Mas saya ingin curhat sama mas, penting banget.”
-Saya          : saya di rumah, ada apa mas?
-Teman      : saya lagi bingung dengan masalah hidup saya, hidup saya sekarang serasa berbeda sekali, saya kehilangan makna hidup saya, dan hari demi hari seolah tak ada harapan lagi untuk hidup, saya harus bagaimana ya mas?

Setelah membaca pesan tersebut saya langsung bergegas mengajaknya ke suatu tempat dimana tempat untuk berbagi sharing tentang masalanya. Setelah pertemuan, saya menyimpulkan ada beberapa persoalan besar yang kurang lebih tentang persoalan makna hidup dan titik kebahagian. Benar seperti yang diungkapkan oleh Rachmat Ramadhana, di mana kondisi masyarakat sering terjebak pada ketertekanan.[1] Ketika menyimpulkan dari ungkapan curhatan teman saya, pikirannnya dipenuhi berbagai ketidakpuasan terhadap reaksi eksternal, seperti kondisi perekonomian menggila, kebijakan pemerintah tak merakyat dan faktor lainya—menjadi alasan kuat bahwa biang keladi kegagalannya merupakan rentetan darinya.
Memang disadari atau tidak, ketika kondisi normal tingkat kesadaran kita hilang akibat tekanan mental, saat itu pula kondisi abnormal seperti luapan emosi akan memaksa kita berhubungan dengan ketidakrasionalan. Jika kita mencermati pendapat William James seorang Psikolog kawakan, bahwa menurutnya, manusia dapat mengubah hidupnya dengan mengubah sikapnya. Baik sikap perkataan, pikiran maupun perbuatan harusnya sejalan dengan otoritas tingkat rasionalnya.
Rangsangkan mindset bergerak menuju spirit hidup bahagia menjadi faktor penting dalam mempengaruhi kehidupan kita. Ketika hati dan pikiran didominasi sesuatu keinginan, kita akan semakin terfokus pada hal tersebut. Hal ini akan melahirkan energi dan motivasi kuat yang mengarah kepada sesuatu apa yang diinginkan oleh kita. Mengutip pendapatnya Sigmund Freud, dorongan atau energi dari arah dalam diri ini tercipta karena adanya unconcius mind atau pikiran bawah sadar. Kekuatan bawah sadar inilah yang mendorong “inner power” atau kekuatan pikiran dari dalam diri untuk mewujudkan apa yang kita pikirkan.[2]
Coba kita lihat lebih dalam cara mindset menentukan kebahagian, menurut para ahli ada dua bentuk, yang pertama respon pikiran tetap (fixed mindset) dan yang kedua respon pikiran berkembang (growth mindset). Pikiran tetap selalu bermuara pada keberhasilan ditentukan dari rangkaian kualitas intelegensi tertentu, karakter moral tertentu dengan pertimbangan sisi IQ. Titik kebahagian dan keberhasilan menurut pola pemikiran tetap ini ditentukan dari rangkaian kecerdasan IQ. Berbeda dengan mindset berkembang, dimana mindset ini percaya titik kebahagian dan keberhasilan bukan ditentukan dari rangkaian pembelajaran dan uji test IQ, namun lebih percaya pada usaha-usaha yang diolah melalui rangkaian tertentu. Meskipun manusia mungkin berbeda  dalam hal bakat, kemampuan awal, minat atau temperamental.[3] Mereka percaya potensi seseorang tidak ditentukan dari bangku sekolah dengan nilai tertinggi, namun lebih menitik beratkan pada perlakuan dan banyaknya pengalaman.
Apakah kita tidak menyadari keberhasilan yang dilukiskan oleh Carol S. Dwek seperti Thomas Alva Edison, Beethoven, Darwin, Tolstoy mereka merupakan orang yang biasa saja. Keberhasilan mereka lebih ditentukan pada pemikiran berkemang (growth mindset), lebih jelas lagi salah seorang pemain Golf Ben Hogan sama sekali tidak bisa bermain golf awalnya, Fotografer Cindy Sherman yang masuk dalam daftar seniman terpenting abad kedua puluh telah mengalami kegagalan dalam menjadi kursus fotografi pertamanya. Begitu juga dengan Geraldine Page, salah seorang aktris terbesar, pernah dinasehati untuk berhenti manjadi aktris karena dianggap tidak memilki bakat.[4]
Nah sekarang coba rubahlah mindset kita, banyak bertarung dengan realita akan membuahkan hasil dari banyaknya pengalaman. Sekarang bukan lagi waktunya untuk memperdebatkan mana yang benar dan mana yang salah, namun cobalah sedkit membuka ruang pada mindset berkembang kita. Kepercayaan akan kualitas-kualitas yang dapat dikembangkan akan menciptakan semangat belajar lebih keras. Mengapa kita harus menyembunyikan kekurangan kita secara terus menerus, bukan saatnya lagi untuk buang waktu untuk terus berjalan pada arah panah dengan santai dan normal. Mengapa tak menumbuhkan banyak pengalaman dari banyaknya kegagalan, mengapa sampai saat ini kita lebih senang berada pada jalur mindset tetap dengan mengandalkan teman dan mitra yang selalu memuji dan mendukung harga diri kita, saatnya kita menantang sesuatu yang berbeda dari tracknya.
Kita merasa takut jika keluar dari track berbeda karena di depan mata seolah ada kegagalan besar menghampiri. Tak pernahkan kita membayangkan bahwa kegagalan paling abadi adalah kegagalan untuk memulai bertindak.[5] Dari sanalah kita banyak belajar, Syaikh Jarnuji pernah bilang gudang kebahagian terletak pada banyaknya kegagalan.

*Salam Kesederhanaan.





[1] Ringkasan dari Buku Rachmat Ramadhana al-Banjari, The Route of Happiness, (Yogyakarta: Diva Pres, 2009),  hal. 133
[2] Rachmat Ramadhana al-Banjari, The Route of Happiness, (Yogyakarta: Diva Pres, 2009),  hal. 133

[3] Carol S. Dwek, Change Your Mindset, Change Your Life, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2007), hal. 23
[4] Carol S. Dwek, Change Your Mindset, Change Your Life, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2007), hal. 24
[5] Andi Muzaki, Motivasi Net, hal. 40