oleh Muhamad Daerobi
Menulis adalah sebuah karya yang telah dicontohkan sejak beribu-ribu abad yang silam oleh manusia. Konon menulis menjadi bagian dasar yang amat penting untuk menjaga ke-authoritian berpikir seseorang. Tradisi menulis telah diperkenalkan di beberapa peradaban kuno, seperti imperium Sparta, Makedonia, Yunani, dll. Pada abad ke-6 SM tradisi menulis dilakukan pertama kali untuk mencari kebenaran, kesejatian dan kebijakansanaan, yang konon tradisi itu ada disebabkan oleh beberapa faktor: pertama mencari apa yang dinamakan kebenaran atau apakah yang disebut yang benar itu adalah dewa-dewi (tuhan sebagai the creator). Kedua, menjaga peradaban atau kekuasan rezim seorang. ketiga, mencari kebijaksanaan. Dari berbagai macam faktor inilah kemudian lahirlah magnum opus dari tradisi menulis yaitu mythoscosmologics dan mythoscosmogonic. Dua magnum opus inilah yang kemudian dipelajari dan dielaborasi dengan sedemikian rupa. Metodenya adalah bersifat argumentatif, naratif, deskripsif dan banyak lagi yang lainnya telah dilakukan dalam peradaban ini dan kemudian dilanjutkan secara terus-menerus sampai saat ini.
Dari uraian di atas mungkin ada benarnya, karena pada dasarnya manusia adalah hewan yang mempunyai akal dan selalu ingin serba tahu (man is crious animals), dari keingintahuan inilah manusia tak jarang mencari berbagai macam metode/model untuk mendapatkan rasa yang kepuasan tersendiri. Tradisi menulis yang tidak terlepas dari sejarah ini kemudian dibedakan dengan tiga corak, yaitu corak deduktif, induktif dan campuran. Corak deduktif lebih condong kepada penulisan yang bergayakan sifat-sifat umum (kulliyyah) menuju kesimpulan khusus (juz’iyyah). Corak induktif sebaliknya yaitu penulisannya di awali dengan sifat yang khusus (juz’iyyah) kemudian baru sifat-sifat yang umum (kulliyyah). Terakhir adalah corak campuran, yang mana corak ini metode penulisannya menggabungkan antara corak deduktif dan induktif, setelah itu kemudian barulah disimpulkan.
Mungkin itulah sekelumit pengetahuan tentang “Menulis” dari saya, meskipun begitu saya tetap saja masih tidak paham tentang makna dari “menulis” itu sampai detik ini. Belajar Menulis lebih sulit dari pada belajar berbicara, karena menurut saya mungkin kita lebih terlena akan tantangan materialitas yang semakin hari memanjangkan jasmani saja atau mencari yang lebih mudah untuk mempelajari apapun, kemudian kedua karena kita dituntut oleh dunia pendidikan untuk tidak senang memproduksi (menulis) dan mengkonsumsi (membaca) padahal dari dua tradisi inilah akan tercapainya tradisi menulis yang baik. Menurut filsuf, bahwa kita bukan saja hidup untuk zaman sekarang akan tetapi untuk masa depan, maksudnya adalah kita selalu dituntut selain mengkonsumsi (membaca) akan tetapi juga memproduksi (menulis), dengan menulis inilah genarasi-kegenarasi mengetahui pola-pola pemikiran yang terdahulu.
Untuk lebih mengetahui aspek-aspek atau stimulasi emosional dan rasional bagaimana menulis itu dan banyak lagi, mungkin akan saya tuliskan pada bagian II dengan tema “Menulis bagian II. Itulah wawasan ataupun pengantar tentang menulis, yang mudah=mudahan akan ermaanfaat bagi teman-teman yang membaca...next time come on read “menulis bag. II.
..............................