Siapa yang tak kenal dengan Thomas Alva Edison,
seorang penemu bola lampu dengan ribuan percobaan. Nama Thomas Alva Edison, sejak
kecil telah dikenalkan oleh guru kita dengan segudang keberhasilannya. Namun
dibalik sisi suksesnya, sebetulnya bagaimana perjalanan biografi Thomas Alva
Edison ini. Apakah ia memiliki magis tersendiri agar menjadi familiar, ataukah
ia betul-betul seorang yang ditakdirkan untuk menjadi terkenal? Yang jelas
Thomas juga seorang manusia, ia bukan seorang nabi atau apapun. Menikmati
percobaan demi percobaan secara keras itulah alamat sikap optimistiknya. Bahkan
hingga kini, salah satu kutipan inspirasi yang paling terkenal darinya yaitu
inspirasi 1% dan 99% kerja keras, bakat 1% dan 99% kerja keras.
Menurut catatan yang ada, Thomas Alva Edison
dilahirkan di kota Milan, Ohio Amerika Serikat pada tanggal 11 Februari 1847
dan wafat di New Jersey, Amerika Serikat pada tanggal 18 Oktober 1931. Jauh
sebelum melakukan penemuan bola lampu, pada masa kecil, pendidikan formalnya
hanya berlangsung hingga 3 (tiga) tahun saja, karena dirasa tidak memiliki
reputasi nilai baik. Untuk itu, ibunya memilih memberhentikannya, dan
mengajarinya sendiri di rumah. Dikatakan dalam bukunya Michael Heart, bahwa
pihak guru
dari sekolah menganggap
Thomas Alva Edison
anak yang dungu
luar biasa.[1] Bahkan dalam bukunya Ahman Sutardi,
bahwa pada masa kanak-kanak Edison terkena kelainan attention deficit
hyperactivity disorder (ADHD) yaitu kelainan berupa tingkah laku yang
hiperaktif sebagai akibat kurangnya perhatian dari lingkungan sekitar.[2]
Rangkaian penelitian manualnya secara hiperaktif terjadi
ketika Edison ingin melihat bara api dengan membakar gudang tumpukan jerami
milik ayahnya. Peristiwa itu membuat bokongnya Edison dipukul oleh ayahnya secara
bertubi-tubi. Contoh lainnya yaitu Edison juga sering membuat marah gurunya
seperti melontarkan banyak pertanyaan; mengapa hujan, mengapa gerbong kereta
dapat bergerak, dan lain-lain. [3]
Setelah diberhentikan dari sekolah, Edison kecil bisa
leluasa membaca buku-buku ilmiah dewasa. Karena ketertarikannya dalam membaca buku
ilmiah, setelah itu ia mulai mempraktikan (percobaan ilmiah) apa yang ia telah
bacanya sendiri, yang dilakukan di ruang bawah tanah milik orang tuanya. Beberapa
orang mengatakan bahwa setelah diberhentikan dari sekolah, Edison disekolahkan
kembali. Namun terlepas dari itu, Edison kecil ternyata tak cukup waktu untuk
selalu belajar ke jenjang yang lebih tinggi. Pada usia 12 tahun, ia mulai
bekerja sebagai penjual Koran, buah-buahan dan gula-gula di kreta api. Setelah
itu ia menjadi operator telegraf. Tak lama setelah itu, Di New
York ia diminta untuk menjadi kepala mesin telegraf yang penting. Mesin-mesin
itu mengirimkan berita bisnis ke seluruh perusahaan terkemuka di New York.[4]
Berkat kerja keras dan prinsip pantang menyerah,
kemudian lahirlah ciptaan pertamanya yaitu perekam suara elektronik ketika umurnya dua puluh satu tahun.
Hasil karyanya itu tidak dijualnya. Sesudah itu dia menekuni pembuatan peralatan
yang diharapnya bisa terjual di pasar, tak lama sesudah ia berhasil membuat perekam
suara elektronik, dia menemukan dan menyempurnakan mesin telegram yang secara
otomatis mencetak huruf, yang dijualnya seharga 40.000 dolar, suatu jumlah
besar pada saat itu. Sehabis itu, bagaikan antri dia menemukan hasil karya baru
dan dalam tempo singkat Edison bukan saja masyhur tetapi juga berduit. Mungkin,
penemuannya yang paling asli adalah mesin piringan hitam yang dipatenkannya
tahun 1877. Tetapi, lebih terkenal di dunia dari itu adalah pengembangan bola
lampu pijar yang praktis tahun 1879.[5]
Edison
juga memberi sumbangan besar luar biasa buat perkembangan kamera perfilman
serta proyektor. Dia membuat penyempurnaan penting pertilponan (karbon
transmiternya meningkatkan kejelasan pendengaran), penyempurnaan di bidang
telegram, dan mesin tik. Diantara penemuan lainnya antara lain mesin dikte,
mesin kopi dan tempat penyimpanan yang digerakkan baterei. Boleh dibilang,
Edison merancang lebih dari 1000 penemuan, suatu jumlah yang betul-betul tak
masuk akal. Meski secara pembawaan dia bukan seorang ilmuwan murni, Edison
membikin satu penemuan ilmiah. Di tahun 1882 dia menemukan bahwa dalam keadaan
mendekati hampa udara, arus listrik dapat dialirkan diantara dua kawat yang
tidak bersentuhan satu sama lain. Fenomena ini, disebut penemuan Edison—bukan sekedar punya maksud teoritis yang
penting, tetapi juga punya arti penggunaan praktis yang bermakna. Ini menuntun
ke arah perkembangan tabung hampa udara dan peletakan dasar industri
elektronik.[6]
Hampir
sepenuh masa hidupnya, Edison menderita pendengaran lemah. Tetapi, meski
begitu, dia lebih dari sekedar dapat mengatasi hambatan itu dengan kerja
kerasnya yang mengagumkan. Kurang
lebih sekitar 1.093 buah penemuannya telah dipatenkan miliknya.[7] Perjalanan panjang dan tak mengenal letih dari Edison
telah membuahkan hasil yang amat luar biasa. Baginya, kegagalan demi kegagalan
merupakan syarat utama menuju sebuah keberhasilan. Keberhasilan merupakan
sebuah proses menuju sukses, dari banyak kegagalan-lah justeru akan mendapat
insirasi baru. Bagi Edison, kegagalan dipandang sebagai sesuatu yang positif
dalam proses pencarian jawaban melalui praktikum yang sering dilakukannya.
Bahkan Edison kerap mengatakan kegagalan yang terjadi
serta muncul secara tiba-tiba sebagai proses kesuksesan karena dari
kegagalan-lah akan ditemukan buah penemuan yang baru. Edison berpendapat bahwa
ia telah menemukan 1.000 jenis bahah (kawat) yang tidak bisa digunakan untuk
kawat halus pengantar arus listrik dalam bola lampu, hal itu berkat penelitian
dan kegagalannya selama ini. Tidak salah Edison mengatakan inspirasi hanya 1%
dan sisanya 99% adalah kerja keras. Ide memang mahal, tetapi realisasi ide
lebih mahal dari apa yang kita bayangkan. karena dari realisasilah kata sukses
secara nyata akan berjalan tanpa tekanan. Ini yang membedakan antara cita-cita
dan tujuan hidup yaitu realisasi nyata tanpa rekayasa.
[1] Thomas Alva Edison Urutan 38 dar Michael
H. Heart, 100 Tokoh Paling Berpengaruh
dalam Sejarah, Ed. Terj. H.
Mahbub Djunaidi, Jakarta: PT.
Dunia Pustaka Jaya, 1982).
[2] Ahman
Sutardi, Ingin Cepat Sukses? Gunakan Formula Sukses Thomas Alva Edison,
(Jakarta: PT Elex Meia Komputindo, 2008) , hal. 5
[3] Ahman Sutardi, Ingin Cepat Sukses?
Gunakan Formula Sukses Thomas Alva Edison, (Jakarta: PT Elex Meia
Komputindo, 2008), hal. xxv
[5] Thomas Alva Edison Urutan 38 dar
Michael H. Heart, 100 Tokoh Paling
Berpengaruh dalam Sejarah, Ed. Terj. H.
Mahbub Djunaidi, Jakarta: PT.
Dunia Pustaka Jaya, 1982).
[6] Thomas Alva Edison Urutan 38 dar
Michael H. Heart, 100 Tokoh Paling
Berpengaruh dalam Sejarah, Ed. Terj. H.
Mahbub Djunaidi, Jakarta: PT.
Dunia Pustaka Jaya, 1982).
[7] Ahman Sutardi, Ingin Cepat Sukses?
Gunakan Formula Sukses Thomas Alva Edison, (Jakarta: PT Elex Meia
Komputindo, 2008), hal. Xi
0 comments:
Post a Comment